Site icon Idenesia

Akhir Tragis Raja Kripto Turki, Faruk Fatih Ozer Meninggal Gantung Diri di Penjara

IDENESIA.CO – Dunia kripto kembali dikejutkan oleh kabar tragis. Faruk Fatih Ozer, pendiri sekaligus mantan CEO bursa kripto Turki Thodex, ditemukan tewas gantung diri di dalam sel tahanan hanya dua tahun setelah diekstradisi dan dijatuhi hukuman fantastis, 11.196 tahun penjara.


Kematian pria yang dijuluki Raja Kripto Turki itu memunculkan berbagai spekulasi dan kembali membuka luka lama ribuan investor yang menjadi korban salah satu skandal kripto terbesar dalam sejarah Turki.

Menurut laporan resmi media lokal Turkiye Today yang dikutip Cryptonews, Ozer ditemukan tak bernyawa di kamar mandi sel tunggal di Penjara Tertutup Keamanan Tinggi Tipe-F Tekirdag, pada Senin malam waktu setempat (3/11/2025).

Petugas penjara yang melakukan pemeriksaan rutin menemukan jasad Ozer dalam kondisi tergantung.

“Indikasi awal mengarah pada bunuh diri,” ujar juru bicara Kementerian Kehakiman Turki dalam pernyataan tertulis, seraya menambahkan bahwa penyelidikan resmi telah diluncurkan untuk mengungkap penyebab pasti kematian tersebut.

Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan fisik selain bekas jeratan di leher korban. Pihak berwenang kini tengah meninjau rekaman CCTV dan menginterogasi sejumlah petugas penjara untuk memastikan tidak ada kelalaian atau unsur pidana lain.

Faruk Fatih Ozer, kini berusia 30 tahun, sempat menjadi simbol sukses generasi muda Turki di era ledakan aset digital.

Ia mendirikan Thodex pada tahun 2017, di tengah booming-nya minat masyarakat terhadap mata uang kripto seperti Bitcoin dan Ethereum.

Dalam waktu singkat, Thodex tumbuh menjadi salah satu bursa kripto terbesar di Turki, dengan lebih dari 400.000 pengguna aktif dan volume perdagangan harian mencapai jutaan dolar AS.

Namun kejayaan itu runtuh pada April 2021, ketika platform tersebut tiba-tiba menghentikan seluruh operasional tanpa penjelasan memadai.

Kala itu, Thodex mengumumkan bahwa penghentian sementara dilakukan untuk pemeliharaan sistem.

Namun, ribuan pengguna mulai curiga setelah dana mereka tidak dapat ditarik selama berhari-hari.

Beberapa minggu kemudian, otoritas Turki mengungkapkan bahwa Ozer melarikan diri ke Albania, membawa lari sebagian besar aset kripto milik pengguna platform.

Badan Investigasi Kejahatan Keuangan Turki (MASAK) melaporkan bahwa Ozer dan rekan-rekannya memindahkan aset kripto senilai lebih dari USD 8,9 juta (sekitar Rp145 miliar) ke berbagai dompet digital pribadi di luar negeri.

Kerugian total yang dialami investor ditaksir mencapai USD 12,5 juta (sekitar Rp203 miliar).

Setelah buron selama hampir setahun, Ozer akhirnya ditangkap di Vlore, Albania pada Agustus 2022. Proses ekstradisinya ke Turki berlangsung panjang karena Ozer sempat mengajukan banding atas keputusan pengadilan Albania.

Ia akhirnya tiba kembali di Turki pada April 2023 dan segera diadili atas tuduhan berat, termasuk pendirian dan kepemimpinan organisasi kriminal, penipuan berat, serta pencucian uang.

Pengadilan Istanbul menjatuhkan vonis mengejutkan pada September 2023 11.196 tahun, 10 bulan, dan 15 hari penjara, dengan tambahan denda besar.

Vonis tersebut dijatuhkan bukan hanya kepada Ozer, tetapi juga kepada dua saudaranya Guven dan Serap Ozer yang turut terlibat dalam operasi Thodex dan dinyatakan bersalah atas kejahatan serupa.

Meskipun hukuman sepanjang itu bersifat simbolis (karena hukum Turki membatasi masa tahanan maksimal sekitar 30 tahun), vonis tersebut dianggap sebagai pesan keras dari pemerintah terhadap pelaku kejahatan finansial digital.

Sebelum kejatuhannya, Ozer dikenal sebagai figur flamboyan dengan gaya hidup mewah. Ia sering tampil di media sosial dengan mobil sport, jam tangan mahal, dan jet pribadi.

Di usia 26 tahun, ia sudah disebut sebagai wajah baru ekonomi digital Turki.

Namun di balik gemerlapnya dunia kripto, investigasi menunjukkan bahwa sebagian besar operasi Thodex adalah skema ponzi digital yang menggunakan dana pengguna baru untuk menutupi kerugian lama.

Ketika harga Bitcoin turun tajam pada awal 2021, aliran dana investor tersendat dan sistem pun runtuh total.

Kematian Ozer menimbulkan berbagai teori di kalangan publik. Sebagian menduga ia memilih mengakhiri hidup karena tekanan mental dan rasa bersalah terhadap ribuan investor.

Namun, tak sedikit pula yang berspekulasi bahwa kematian itu bukan murni bunuh diri, melainkan “dibungkam” oleh pihak-pihak yang takut rahasianya terbongkar.

Di media sosial, tagar #ThodexScandal dan #FarukOzer menjadi trending topik di Turki.

Banyak netizen mengungkapkan kemarahan, kesedihan, sekaligus rasa lega karena salah satu pelaku utama kejahatan kripto terbesar di negeri itu kini telah tiada.

(Redaksi)

Exit mobile version