IDENESIA.CO - Topik soal metaverse jadi perbincangan yang tengah diperbincangkan senatero jagat dunia maya.
Apa itu Metaverse?
Kendati belum ada definisi pasti, metaverse sejauh ini dipahami sebagai dunia virtual baru tempat orang dapat bermain game, bekerja, dan berkomunikasi dengan orang lainnya dalam lingkungan virtual.
Nah, tengok juga gambaran Bill Gates soal dunia simulasi virtual yang diprediksi bakal dapat dirasakan sekitar 3 tahun lagi.
Manusia bisa merasakan sensasi nyata saat melakukan virtual meeting menggunakan avatar 3D.
Bagi Bill Gates selaku pendiri Microsoft sendiri, metaverse merupakan akselerasi inovasi dalam menghadirkan pengalaman virtual yang lebih baik, khususnya di aspek pertemuan daring (virtual meeting).
Gates "meramal" bahwa cara orang mengadakan sebagian besar virtual meeting bakal berubah dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
Hal tersebut diungkap Gates dalam sebuah unggahan di blog resmi miliknya, yakni Gates Notes belum lama ini.
Sekarang virtual meeting biasanya hanya dilakukan melalui layanan konferensi video, seperti Zoom, Teams, atau Meet.
Saat ini, platform-platform itu hanya menghadirkan citra dua dimensi (2D) di layar komputer atau ponsel.
Menurut Gates, dalam dua-tiga tahun ke depan, virtual meeting bakal diadakan di metaverse.
Dalam visi Gates, setiap orang nantinya akan direpresentasikan dengan avatar 3D yang unik di metaverse.
Setiap avatar 3D itu dapat saling berinteraksi dengan avatar 3D milik orang lainnya.
"Idenya adalah Anda pada akhirnya akan menggunakan avatar Anda untuk bertemu dengan orang-orang di ruang virtual (dalam citra 3D). Hal ini dapat menghadirkan perasaan berada di ruangan yang sama bersama mereka (seperti bertemu secara langsung)," tulis Gates.
Butuh kacamata VR dan sarung tangan haptic Gates mengatakan bahwa kacamata Virtual Reality (VR) dan sarung sarung tangan canggih dengan teknologi haptic akan menjadi dua perangkat penting untuk menghadirkan pengalaman rapat virtual secara lebih nyata di metaverse.
Sebab, teknologi VR ini mampu menciptakan dunia simulasi 3D, mirip seperti dunia nyata atau dunia imajinasi sekalipun.
Simulasi 3D akan membuat kesan seolah-olah apa yang dilihat dengan VR adalah nyata.
Sementara sarung tangan dengan teknologi haptic memungkinkan penggunanya seakan benar-benar menyentuh obyek virtual, sebab teknolgi ini mengaplikasikan sensasi sentuhan ke dalam interaksi manusia dengan komputer.
"Jadi kedua perangkat itu dapat menangkap ekspresi, bahasa tubuh, dan kualitas suara Anda secara akurat," tulis Gates.
Sayangnya, menurut Gates, kebanyakan orang masih belum memiliki kacamata VR dan sarung tangan haptic tersebut.
Hal itulah yang disebut Gates bakal memperlambat adopsi virtual meeting di metaverse.
"Untuk itu, Microsoft berencana untuk meluncurkan versi sementara (kacamata VR) tahun depan, yang menggunakan webcam Anda untuk menganimasikan avatar yang digunakan di pengaturan 2D saat ini," tulis Gates.
Orang paling kaya nomor empat sedunia versi Bloomberg itu, menceritakan bahwa dirinya berkesempatan menjajal purwarupa atau prototipe avatar 3D yang sedang dikembangkan oleh perusahaan lain.
Dalam gambar yang dibagikan, Gates terlihat menjajal prototipe avatar 3D itu menggunakan headset VR dari Facebook, yaitu Oculus Quest 2.
"Saya sangat terkesan dengan apa yang saya lihat," kata Gates.
Menurut dia, salah satu peningkatan terbesar dari teknologi yang digunakan sekarang adalah penggunaan audio spasial.
Dengan prototipe avatar 3D, ucapan seseorang terdengar seperti berasal dari arah orang yang berbicara.
Kendati demikian, menurut Gates, masih ada pekerjaan rumah (PR) yang harus dilakukan untuk menyempurnakan prototipe avatar 3D tersebut.
"Namun, saat ini, purwarupa tersebut sudah bisa mendekati pengalaman kebersamaan hadir di kantor (seperti biasanya)," kata Gates, sebagaimana dihimpun dari blog Gates Notes, Senin (13/12/2021).
Lihat saja Facebook yang kian mantap melakukan rebrand (berganti nama) menjadi "Meta".
Pergantian nama ini diikuti oleh pergeseran arah perusahaan yang kini menjadikan metaverse sebagai prioritas utama di masa depan.
Selain Facebook, beberapa perusahaan teknologi lain juga membangun metaverse versinya masing-masing, termasuk Microsoft. (redaksi)