Minggu, 24 November 2024

AS Berlakukan Kenaikan Sejumlah Produk Tiongkok, Berimbas Ekspor Nikel dari Indonesia ?

Selasa, 18 Juni 2024 17:44

MOBIL - Tarif EV China di AS Naik, Ada Peluang Bagi Nikel Indonesia./ Foto: Istimewa

IDENESIA.CO - Kenaikan tajam tarif Impor sejumlah produk Tiongkok yang antara lain meliputi kendaraan listrik, baterai mobil, dan produk logam ini diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. 

Hal ini langsung mendapatkan respon keras Tiongkok dan  AS akan menaikkan tarif mobil listrik dari 25% ke 100% tahun ini. Tarif baterai litium ion mobil listrik Juga ikut naik dari 7,5 ke 25%.

KeApakah ini menjadi peluang bagi Indonesia sebagai produsen nikel terbesar di dunia?

Analis Ekonomi Energi, Ghee Peh menilai Amerika Serikat berupaya mencari alternatif pasokan dari negara yang lebih bersahabat. Dia mengungkap, ada kemungkinan kalau baterai akan beralih ke Korea Selatan. Sementara baterai dan mobil listrik lebih condong ke Korea Selatan atau Jepang. Atau bahkan produksi domestik AS.

Meski punya alternatif, AS tahun lalu mengimpor mayoritas baterainya dari Tiongkok.

Menurut Biro Sensus AS tahun 2023 mengimpor baterai litium ion dari Tiongkok senilai 13 Miliar Dolar. Menurut Biro Sensus AS tahun 2023 mengimpor baterai litium ion dari Tiongkok senilai miliar 13 Miliar Dolar. Angka ini mencakup sekitar 70 % total impor baterai tersebut dari segi nilainya.

Sementara untuk menggenjot produksi baterai dalam negeri, Amerika memerlukan pasokan nikel sejauh ini nikel banyak didatangkan dari Mitra Perdagangan Bebas AS yakni Kanada dan Australia yang masing-masing memasok 5% permintaan dunia.

Indonesia yang memasok hampir 60% nikel dunia juga dilirik the US.

Maju Mundur AS Beli Nikel Indonesia

"AS akan membutuhkan lebih banyak dari sekedar nikel Kanada dan Australia, jadi AS perlu membeli nikel dari Indonesia, AS senang membeli nikel Indonesia karena Indonesia masuk dalam rencana rantai pasok AS di masa depan,"

Tapi, Indonesia bukan Mitra Perdagangan Bebas Amerika Serikat, Presiden Jokowi telah berulang kali membujuk AS supaya masuk dalam perjanjian perdagangan bebas terbatas atau limited (Free Trade Agreement) FTA. Analis menilai tantangannya ada di Kongres Amerika.

Analis ekonomi internasional Cullen Hendrix menyatakan sektor nikel Indonesia dipandang oleh perspektif Washington sebagai anak perusahaan yang kurang lebih dimiliki oleh kepentingan Tiongkok.

"Itulah kenapa saya pikir, modal politik dan kemauan yang terbatas di Washington untuk meningkatkan hubungan bilateral melalui perjanjian perdagangan bebas terbatas khusus," ungkap Hendrix.

Investasi Tiongkok memang banyak terdapat dalam tambang dan pengolahan nikel di Indonesia. Namun untuk membangun rantai pasok non Tiongkok, perusahaan Amerika atau negara-negara Barat belum tertarik.

"Perusahaan barat tidak akan masuk ke sana, kecuali mereka berpikir adanya semacam subsidi yang signifikan, kalau ada perjanjian khusus mineral kritis, ini akan menjadi pemantik dan sinyal untuk perusahaan barat untuk ikut terlibat," jelas Hendrix.
 

(Redaksi) 

Tag berita:
IDEhabitat