Minggu, 6 Oktober 2024

Harga Jengkol di Indramayu Capai 60 Ribu/kglebih Mahal dari Daging Ayam Broiler

Kamis, 19 Januari 2023 15:32

POTRET - Harga Jengkol di Indramyu 60 Ribu/ Kg. / Foto: IST

IDENESIA.CO - Harga jengkol kualitas super di Pasar Baru Indramayu, Jawa Barat mencapai Rp60 ribu per Kilogram (Kg). Harga jengkol kini lebih mahal daripada daging ayam broiler yang dijual Rp35 ribu per Kg.

"jengkol sekarang lagi mahal, harganya itu jauh lebih mahal daripada harga daging ayam broiler," ujar Titin (46), salah satu penjual jengkol sekaligus penjual daging Ayam kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Kamis (19/1/2023).

Titin mengatakan, kenaikan itu terjadi sejak awal Januari 2023. Sebelum naik, harga jengkol dijual Rp30 ribu hingga Rp35 ribu per Kg.

"Harga jengkol naiknya tinggi, dari Rp30 ribu hingga Rp35 ribu per Kg, menjadi Rp60 ribu per Kg. Jadi per Kg mengalami kenaikan sekitar Rp30 ribuan," kata dia.

Harga jengkol kualitas super di Pasar Baru Indramayu, Jabar capai Rp60 ribu per Kg. Harga jengkol kini lebih mahal daripada daging ayam broiler.

Lanjut Titin, untuk jengkol yang sudah direndam harganya lebih murah, yakni dijual Rp50 ribu per Kg.

"Cuma kalau jengkol yang sudah direndam, pastinya rasanya beda," ucap dia.

Sementara itu, Titin menyampaikan, harga daging ayam broiler saat ini telah mengalami penurunan dari semula dijual Rp38 ribu menjadi Rp34 ribu hingga Rp35 ribu per Kg.

"Harga daging ayam broiler turun dari harga kemarin. Turunnya sekitar Rp3 ribu hingga Rp4 ribu per Kg," terang dia.

Titin mengungkapkan, dengan naiknya harga jengkol, otomatis jumlah peminatnya pun dipastikan berkurang. Beda halnya dengan daging ayam, jumlah pembelinya masih tergolong stabil.

"Kata pelanggan sih, dari pada beli jengkol mending juga beli daging ayam. Terus juga kalau jengkol tidak semua orang suka, beda halnya dengan daging ayam yang termasuk kebutuhan pokok, makanya jumlah pembelinya stabil," ungkap dia.

Sementara itu, salah satu pembeli jengkol, Surenti (47) mengaku keberatan dengan naiknya harga jengkol tersebut. Meski demikian, dia masih tetap membelinya sebagai pelengkap bahan lalapan.

"Saya memang kalau beli nggak banyak, karena cuma sebagai pelengkap lalapan aja. Tapi sebagai ibu-ibu tetap keberatan kalau harganya makin mahal. Saya sih penginnya harganya normal lagi," kata dia.

(Redaksi) 

Tag berita:
IDEhabitat