Jumat, 22 November 2024

Kekurangan Air selama Perang, Kini Warga Gaza Sebut Air Mengalir Rasanya seperti 'Gula'

Sabtu, 23 Desember 2023 8:17

POTRET - Pabrik desalinasi yang dibangun UEA di Rafah Mesir mulai memompa air minum untuk warga Palestina di Gaza./ Foto: Istimewa

IDENESIA.CO - Setelah berminggu-minggu menderita akibat dikepung dan diserang Israel. Warga Israerl bernama Zaki Abu Sleyma menceritakan mereka mendapatkan air yang mengalir dari proyek desalinasi di Mesir rasanya "seperti gula". 

Selama peperangan, warrga wilayah kantong Palestina itu mengalami kekurangan air sehingga banyak di antara mereka terpaksa meminum air laut dan air kotor.

Air itu dialirkan dari tiga pabrik yang dibangun oleh Uni Emirat Arab di wilayah Mesir dekat perbatasan dengan Gaza dan mulai dipompa ke Rafah pada Selasa.

"Kami benar-benar menderita... sebelumnya kami biasa mengambil air dari laut. Air ini rasanya seperti gula, bisa diminum," kata Abu Sleyman.

Namun, meski air bersih sangat dibutuhkan, kehancuran infrastruktur di Gaza membuat penyalurannya ke daerah-daerah selain Rafah menjadi sulit, apalagi jika dipompa ke tangki atap bangunan yang masih berdiri.

Israel memutus semua aliran listrik dari luar Gaza saat perang meletus pada 7 Oktober, ketika kelompok perlawanan Palestina Hamas menyerang kota-kota Israel hingga menewaskan 1.200 orang.

Pengepungan Gaza juga menghentikan sebagian besar pasokan bahan bakar sehingga pembangkit listrik lokal tidak berfungsi.

"Kami berharap mereka bisa memberi kami genset... seperti yang Anda lihat, kami mengisi air ke ember dan membawanya ke lantai atas," kata Abu Sleyma.

Mengisi tangki di atas agar air bisa mengalir ke keran-keran di dalam rumah adalah pekerjaan yang sulit dan menyakitkan.

Bahkan di Rafah, di mana pasukan Israel memerintahkan warga sipil Gaza pergi ke sana untuk berlindung, kekurangan makanan dan air bersih begitu parah sampai-sampai membuat orang-orang kehilangan berat badan dan sakit.

Di dekat tangki air di kawasan permukiman di Rafah, sekelompok anak-anak bergantian minum dengan tangan mereka dari pipa air yang mengalir. Ini pemandangan yang langka terjadi dalam beberapa pekan terakhir.

Mohammed Sobhi Abu Reyala, kepala direktorat air dan limbah di Jabalia, mengatakan ribuan warga Gaza yang mengungsi ke Rafah telah menambah masalah kota yang telah kekurangan bahan bakar untuk mengoperasikan sumur itu.

"Jujur, jaringan pipa air baru yang disediakan oleh saudara-saudara kami di Republik Arab Mesir, saudara-saudara kami di Mesir, sangat berarti dalam meringankan penderitaan pengungsi dan masyarakat Rafah soal air," kata Abu Reyala.

Pabrik-pabrik itu memasang pipa sepanjang 900 meter dari perbatasan Mesir ke Jalur Gaza untuk mengalirkan 600.000 galon air per hari yang cukup memenuhi kebutuhan sekitar 300.000 orang.

(Redaksi)

Tag berita:
IDEhabitat