Jumat, 10 Januari 2025

Ketegangan Amerika Serikat -Rusia Meningkat, Ancaman Perang semakin Dekat

Selasa, 7 Januari 2025 20:0

POTRET - Bendera Amerika (Kiri) dan Bendera Rusia (Kanan)./ foto: Istimewa

IDENESIA.CO - Amerika Serikat (AS) dan Rusia kini semakin terperosok ke dalam ketegangan yang memicu kekhawatiran akan potensi perang besar. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, dalam wawancaranya baru-baru ini, menyampaikan bahwa negara-negara mereka berada di ambang konflik militer langsung. Menurut Lavrov, ketegangan ini semakin tajam di bawah kepemimpinan Presiden AS, Joe Biden, yang dinilai telah mengokohkan sentimen anti-Rusia di negara tersebut.

“Di bawah pemerintahan Presiden Biden, yang telah membawa Russophobia di AS ke titik puncaknya, negara kami berada di ambang konflik militer langsung,” kata Lavrov, mengungkapkan bahwa meskipun hasil Pemilu AS bisa berbeda, kecenderungan anti-Rusia di Amerika diperkirakan tak akan berubah.

Lavrov juga menegaskan bahwa untuk mengakhiri konflik di Timur Tengah, dunia harus berhenti mendukung kekerasan dan memberikan ruang bagi pembentukan negara Palestina yang merdeka. Namun, ia menekankan bahwa situasi internasional yang tegang ini seakan-akan tak terelakkan.

Bersamaan dengan itu, Presiden Rusia Vladimir Putin juga memperingatkan dunia tentang kemungkinan perang besar. Dalam pidatonya di depan Dewan Negara Tertinggi Rusia dan Belarus, Putin menyalahkan negara-negara Barat atas peningkatan ketegangan yang berujung pada perang di Ukraina. Menurut Putin, Barat secara sengaja memperburuk situasi di Ukraina, yang akhirnya memicu invasi Rusia ke negara tersebut.

"Negara-negara Barat yang dengan sengaja meningkatkan ketegangan ini bertanggung jawab atas tragedi yang sedang terjadi, dan kebijakan mereka mendorong dunia ke ambang konflik global," ujar Putin.

Ketegangan semakin meningkat setelah AS memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan senjata canggih seperti ATACMS dalam serangan terhadap wilayah Rusia. Keputusan ini diikuti dengan peresmian doktrin nuklir Rusia yang kini menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir. Ini menambah rasa khawatir dunia akan ancaman potensial penggunaan senjata nuklir oleh Moskow, terutama dengan adanya Belarus sebagai sekutu strategis yang turut terlibat dalam doktrin pertahanan bersama.

Sementara itu, Belarus yang dipimpin oleh Alexander Lukashenko tetap mendukung Rusia meski tidak terlibat langsung dalam perang. Lukashenko telah memberikan izin bagi Rusia untuk menggunakan wilayah Belarus sebagai pangkalan serangan terhadap Ukraina. Kedua negara juga baru saja menandatangani perjanjian keamanan baru yang mengikat mereka untuk saling mendukung dalam hal pertahanan perbatasan.

Dalam konteks ini, ketegangan antara AS dan Rusia semakin memanas, dengan berbagai pihak khawatir bahwa konflik ini bisa berkembang menjadi perang terbuka yang lebih luas, membawa dampak buruk bagi stabilitas global.

(Redaksi)  

Tag berita:
IDEhabitat