Jumat, 22 November 2024

Membaca Ulang Politik Soekarno dan Sepak Bola Sebagai Alat Perjuangan Nasional

Olahraga dan Politik tak Bisa Dipisahkan

Kamis, 23 Desember 2021 18:48

Presiden Soekarno memberi selamat setelah memberikan piala kepada seorang pemain yang menjuarai pertandingan sepak bola di Lapangan Bataviase Voetbal Club (BVC). (ANRI)

IDENESIA.CO Membaca ulang politik presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno.

Bapak bangsa Indonesia tersebut menilai sepak bola sebagai alat perjuangan nasional masa silam.

Ya, sepak bola tak pernah lepas dari tokoh pemimpin dunia.

Dalam kacamata Soekarno, ia menempatkan sepak bola tak hanya sebatas permainan saja.

Jauh daripada itu ada nilai-nilai hingga misi kebangsaan yang terkandung di dalam sepak bola.

Pada eranya, Soekarno membuktikannya dengan memprakarsai pembangunan stadion sepak bola nasional yang bernama Gelora Bung Karno alias GBK.

Ia menjadi titik berangkat kemajuan sepak bola nasional pada masa pemerintahan Soekarno.

Rojil Nugroho Bayu Aji dalam tulisannya pada jurnal yang dimuat dalam Researchgate, berjudul Politik Olahraga Soekarno: Menggelar Indonesia Melalui Sepak Bola dan Bulutangkis, publikasi 2018.

Tulisannya berupaya menceritakan pendapat Soekarno dalam melihat sepak bola dari balik kacamatanya.

Soekarno memandang bahwa olahragawan adalah wakil-wakil dari bangsa dan negara dalam suatu ajang pertandingan dan perlombaan olahraga.

"Setelah Indonesia dikeluarkan dari keanggotaan Komite Olimpiade Internasional, ia semakin lantang mendeklarasikan bahasa olahraga tak bisa dipisahkan dengan politik" tulisnya.

Sepak bola yang secara resmi didanai oleh negara sebagai medium untuk mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia dalam kompetisi internasional.

"Bagi Soekarno, sepak bola adalah alat-alat perjuangan" tambahnya.

Baginya, sepak bola dapat menunjukan eksistensi kebangsaan dan kenegaraan secara global.

Indonesia mengikutsertakan tim nasional sepak bolanya di Asian Games untuk pertama kalinya dengan membentuk tim nasional yang pertama setelah era kemerdekaan.

PSSI membentuk timnas untuk Asian Games I, di New Delhi melalui keputusan kongres PSSI, tahun 1950 di Semarang.

Presiden Soekarno memberi selamat setelah memberikan piala kepada seorang pemain yang menjuarai pertandingan sepak bola di Lapangan Bataviase Voetbal Club (BVC).

"Secara langsung, sepak bola memiliki misi diplomatik untuk membudayakan seperti apa sepak bola Indonesia, sekaligus ajang promosi Indonesia secara resmi yang selalu mendapat dukungan negara" tambahnya.

Hal ini ditulis juga dalam buku karya Maulwi Saelan yang berjudul Sepak Bola Jilid 1, terbitan 1970.

Ia mendeskripsikan maksud dari persepsi Soekarno tentang sepak bola.

"Sebelum pertandingan dimulai, dalam sepak bola terdapat seremoni berupa pemutaran dan menyanyikan lagu kebangsaan ketika kedua kesebelasan timnas akan bertanding" tulisnya.

Maulwi Saelan menambahkan dalam tulisannya,"Ia (Soekarno) memfasilitasi beragam kebutuhan dalam sepak bola nasional, mulai dari infrastruktur hingga pendanaan, semua dikeluarkan untuk mewujudkan gelora nasionalisme melalui sepak bola".

Demi merealisasikan cita-citanya, ia kemudian memprakarsai berdirinya stadion megah, Gelora Bung Karno pada 21 Juli 1962.

Soekarno dan PSSI telah berupaya mengirim sejumlah atlitnya ke berbagai ajang internasional.

"Para pemain dan ofisial sangat bangga dengan perolehan mereka, tampil sebagai bagian dari sepak bola internasional, membawa lambang garuda di dadanya" tulis Maulwi.

Apresiasi yang didapat oleh atlit adalah bagian dari penghormatan dan perasaan bangga pada bangsa dan negara.

Maulwi menegaskan bahwa "Pada keikutsertaannya yang pertama di Olimpiade Helsinski 1952, timnas sepak bola Indonesia tidak lolos dari kualifikasi sehingga tidak ikut serta berlaga di olimpiade. Barulah pada Olimpiade Melbourne 1956, Indonesia lolos kualifikasi".

Alat politik Soekarno yang disebut sepak bola, sejatinya telah membawa Indonesia mulai dikenal dunia internasional.

Meskipun tak memeroleh sejumlah prestasi, namun memori dan pengalaman berharga untuk tampil membela Sang Garuda di kancah internasional, menjadi kebanggan tersendiri bagi setiap atlit.

Ya, kembali lagi momentum sepak bola, tidak akan terlepas dari figur-figur pemimpin dunia yang turut menyaksikan tim kesayangannya, di tribun stadion.

Sebut saja, Angela Merkel, leader of Europe sekaligus ilmuwan eksakta ini, sangat menggilai sepak bola.

Tak hanya itu, nama Ir. Soekarno yang juga berkiprah sebagai pemimpin Indonesia, sangat mendukung akan kemajuan sepak bola tanah air.

Terdapat kutipan menarik, bahwa seorang pemimpin adalah pemain ke-12 di lapangan. Kehadirannya dapat menggelorakan semangat timnya yang tengah berlaga.

Setiap aksi pemain akan dilihat oleh pemimpin negara, hal itu adalah salah satu momentum dimana pemain harus mengeluarkan semua kemampuan di atas rumput hijau. (redaksi)

Tag berita:
IDEhabitat