Minggu, 24 November 2024

Menpakeraf Persiapkan Pulau Dewata Bali Jadi Destinasi Wisata Kesehatan

Sabtu, 10 Desember 2022 15:0

POTRET - Pulau Dewata Bali. / Foto:Net

IDENESIA.COPulau Dewata Bali akan dipersiapkan dan dikembangkan sebagai destinasi unggulan health tourism atau wisata kesehatan. Pernyataan itu terungkap dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Baparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dalam "Weekly Brief with Sandi Uno” yang berlangsung secara hibrida, di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, 28 November 2022.

“Kami secara all out akan mempersiapkan destinasi pariwisata kesehatan, dan saat ini Kemenparekraf/Baparekraf RI telah menetapkan logo branding ‘Indonesia Health Tourism’ dan kampanye #SehatdanBugardiRumahSendiri dan #DiIndonesiaAja agar dapat digunakan bagi pemangku kepentingan wisata kesehatan di Indonesia,” kata Sandiaga.

Rencana pengembangan pariwisata kesehatan di Bali dilakukan agar dapat menarik masyarakat Indonesia yang biasa berobat ke luar negeri, untuk tetap berobat di Indonesia. Sebab berdasarkan data Kemenkes pada 2021, ada economic leakage sekitar Rp161 triliun per tahun dari masyarakat Indonesia yang berobat di luar negeri.

Pengembangan wisata kesehatan menjadi prioritas strategi nasional karena menjawab tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia, yaitu pemulihan ekonomi dan kesehatan pascapandemi. Kemenparekraf juga terus berkolaborasi dengan kementerian/lembaga, asosiasi, dan industri wisata kesehatan lainnya guna mengimplementasi empat pilar yang telah disepakati dalam mengembangkan pariwisata kesehatan, yakni wisata medis, wisata kebugaran, wisata olahraga kesehatan berbasis acara olahraga, dan wisata ilmiah kesehatan berbasis MICE.

“Bali merupakan champion city dan hub untuk wisata medis serta salah satu destinasi yang lengkap secara potensi untuk bisa kita kembangkan sesuai dengan pilar-pilar pariwisata kesehatan tersebut,” ujar Sandiaga.

Selain memperkuat kolaborasi, Kemenparekraf juga melakukan sejumlah upaya agar sektor pariwisata bisa terhubung dengan sektor kesehatan. Di antaranya, menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN) Wisata Medis dan Wisata Kebugaran Indonesia, mendukung dan mendorong rumah sakit maupun klinik yang secara eksisting telah ada di Bali untuk bisa mendapatkan SK Menkes sebagai fasilitas layanan kesehatan wisata medis, mendukung program KemenBUMN yang saat ini tengah mengembangkan KEK Kesehatan di Sanur, serta sebagai quick win pemerintah daerah masing-masing untuk dapat membentuk badan entitas kolaboratif yang berfungsi untuk mengoordinasi, mengadvokasi, dan mengeksekusi kebijakan dan program-program yang dibutuhkan dalam rangka pengembangan wisata kesehatan di wilayahnya.

Di KEK Sanur akan ada beberapa fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit yang akan dikembangkan. Tentunya bekerja sama dengan institusi-institusi ternama dari beberapa negara yang sudah maju di bidang kesehatan. Salah satunya adalah Mayo Clinic dan Johns Hopkins University.

“Ini kita harapkan akan mampu untuk menampung lebih banyak peluang, bukan hanya bagi warga negara Indonesia untuk mendapatkan layanan kesehatan yang prima, tapi juga untuk turis dari mancanegara untuk berkunjung ke Bali. Jadi wisatawan bukan hanya menikmati keindahan alam dan budaya, tapi juga merasakan suatu pelayanan kesehatan yang mumpuni,” kata Sandiaga.

Menteri Kesehatan juga memiliki terobosan, seperti mengajak diaspora-diaspora Indonesia, khususnya dokter yang berasal dari Indonesia tapi berpraktik di luar negeri dan tentunya yang memiliki keilmuan yang tinggi, agar bisa kembali ke Indonesia memberikan kontribusi kepada pariwisata berbasis kesehatan di Indonesia. Wakil Menteri Kesehatan dokter Dante Saksono pernah mengungkapkan bahwa hampir 1 juta orang Indonesia berobat ke luar negeri dengan total biaya yang dikeluarkan mencapai 1,1 miliar dolar.

"Ada sekitar 600.000 sampai 1 juta orang yang berobat ke luar negeri untuk mendapatkan fasilitas layanan kesehatan. Biaya yang keluar dari pelayanan kesehatan ke luar negeri tersebut berkisar antara 1 sampai 1,1 miliar dolar, ini bukan jumlah yang sedikit," kata dokter Dante, di Jakarta, pada Juli 2022.

 

Pernyataan itu terungkap dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Baparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dalam "Weekly Brief with Sandi Uno” yang berlangsung secara hibrida, di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, 28 November 2022.

“Kami secara all out akan mempersiapkan destinasi pariwisata kesehatan, dan saat ini Kemenparekraf/Baparekraf RI telah menetapkan logo branding ‘Indonesia Health Tourism’ dan kampanye #SehatdanBugardiRumahSendiri dan #DiIndonesiaAja agar dapat digunakan bagi pemangku kepentingan wisata kesehatan di Indonesia,” kata Sandiaga.

Rencana pengembangan pariwisata kesehatan di Bali dilakukan agar dapat menarik masyarakat Indonesia yang biasa berobat ke luar negeri, untuk tetap berobat di Indonesia. Sebab berdasarkan data Kemenkes pada 2021, ada economic leakage sekitar Rp161 triliun per tahun dari masyarakat Indonesia yang berobat di luar negeri.

Pengembangan wisata kesehatan menjadi prioritas strategi nasional karena menjawab tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia, yaitu pemulihan ekonomi dan kesehatan pascapandemi. Kemenparekraf juga terus berkolaborasi dengan kementerian/lembaga, asosiasi, dan industri wisata kesehatan lainnya guna mengimplementasi empat pilar yang telah disepakati dalam mengembangkan pariwisata kesehatan, yakni wisata medis, wisata kebugaran, wisata olahraga kesehatan berbasis acara olahraga, dan wisata ilmiah kesehatan berbasis MICE.

“Bali merupakan champion city dan hub untuk wisata medis serta salah satu destinasi yang lengkap secara potensi untuk bisa kita kembangkan sesuai dengan pilar-pilar pariwisata kesehatan tersebut,” ujar Sandiaga.

Selain memperkuat kolaborasi, Kemenparekraf juga melakukan sejumlah upaya agar sektor pariwisata bisa terhubung dengan sektor kesehatan. Di antaranya, menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN) Wisata Medis dan Wisata Kebugaran Indonesia, mendukung dan mendorong rumah sakit maupun klinik yang secara eksisting telah ada di Bali untuk bisa mendapatkan SK Menkes sebagai fasilitas layanan kesehatan wisata medis, mendukung program KemenBUMN yang saat ini tengah mengembangkan KEK Kesehatan di Sanur, serta sebagai quick win pemerintah daerah masing-masing untuk dapat membentuk badan entitas kolaboratif yang berfungsi untuk mengoordinasi, mengadvokasi, dan mengeksekusi kebijakan dan program-program yang dibutuhkan dalam rangka pengembangan wisata kesehatan di wilayahnya.

Di KEK Sanur akan ada beberapa fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit yang akan dikembangkan. Tentunya bekerja sama dengan institusi-institusi ternama dari beberapa negara yang sudah maju di bidang kesehatan. Salah satunya adalah Mayo Clinic dan Johns Hopkins University.

“Ini kita harapkan akan mampu untuk menampung lebih banyak peluang, bukan hanya bagi warga negara Indonesia untuk mendapatkan layanan kesehatan yang prima, tapi juga untuk turis dari mancanegara untuk berkunjung ke Bali. Jadi wisatawan bukan hanya menikmati keindahan alam dan budaya, tapi juga merasakan suatu pelayanan kesehatan yang mumpuni,” kata Sandiaga.

Menteri Kesehatan juga memiliki terobosan, seperti mengajak diaspora-diaspora Indonesia, khususnya dokter yang berasal dari Indonesia tapi berpraktik di luar negeri dan tentunya yang memiliki keilmuan yang tinggi, agar bisa kembali ke Indonesia memberikan kontribusi kepada pariwisata berbasis kesehatan di Indonesia. Wakil Menteri Kesehatan dokter Dante Saksono pernah mengungkapkan bahwa hampir 1 juta orang Indonesia berobat ke luar negeri dengan total biaya yang dikeluarkan mencapai 1,1 miliar dolar.

"Ada sekitar 600.000 sampai 1 juta orang yang berobat ke luar negeri untuk mendapatkan fasilitas layanan kesehatan. Biaya yang keluar dari pelayanan kesehatan ke luar negeri tersebut berkisar antara 1 sampai 1,1 miliar dolar, ini bukan jumlah yang sedikit," kata dokter Dante, di Jakarta, pada Juli 2022.

(Redaksi)

 

Tag berita:
IDEhabitat