IDENESIA.CO - Bermula dari penemuan tujuh batu tulis di tanah Kutai, peneliti sejarah menguak sepak terjang Kerajaan Martapura.
Ya, Kerajaan Hindu tertua di Nusantara.
Kerajaan Martapura eksis sekira abad ke-4 masehi.
Dari penemuan sejarah yang ada, belum ada yang lebih tua dari Kerajaan Martapura.
Kebudayaan Hindu dari India masuk dan berkembang, menciptakan kerajaan dengan raja masyurnya Mulawarman.
Bagimana Hindu bisa masuk ke Nusantara, terlebih ke Muara Kaman, lokasi di mana Kerajaan Martapura pernah berada.
Sejarahwan menggaungkan teorinya.
Pertanyaannya jelas, bagaimanakah budaya India bisa masuk ke Muara Kaman (Kaltim), tujuan utama atau cuma menyasar?
Ada beberapa teori yang menjelaskan masuknya Hindu ke Muara Kaman (Kaltim)
Teori Kesatria
Ditemukan oleh Ramesh Chandra , ahli sejarah India (1980).
Menurut teori ini, penghinduan terjadi karena ada perperangan di India.
Pihak kerajaan yang kalah perang lalu melakukan pelarian hingga Nusantara.
Mereka lalu mendirikan permukiman dan berkembang menjadi pemerintahan baru.
Teori Wiyasa
Ditemukan oleh Nicolaas Johannes Krom.
Penyebaran budaya India (Hindu) kepada masyarakat Nusantara melalui perdagangan.
Akulturasi kebudayaan lalu terjadi antara budaya hindu dan budaya setempat.
Teori ini mungkin jadi yang terkuat, tapi pertanyaannya lagi.
Ada apa di Muara Kaman pada abad ke-4 sehingga Hindu bisa masuk dan berkembang.
Melihat peta perdagangan milenium pertama tarikh masehi, ramai diperdagangkan cengkeh dan pala.
Melihat daerah potensi cengkeh dan pala, jelas Muara Kaman adalah daerah pinggiran di luar jalur perdagangan niaga dunia.
Komoditas cengkeh dan pala sangat dimuliakan kala itu, sebuah cacatan sejarah bangsa Romawi dari Plinius Major (tahun 75 masehi) cengkeh ditulis dengan nama garyophyllon.
Ekskavasi arkeologis di Situs Terqa (Mesopotamia, Suriah) juga menemukan jambangan berisi penuh cengkeh, diduga berasal dari 1700 sebelum masehi.
Awal tarikh masehi, cengkeh dan pala hanya ditemukan di Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan.
Sementara pala hanya ada di Pulau Banda.
Baru pada tahun 1550 dua komoditas ini dikembangkan ke daerah-daerah lain, tertuang dalam buku Ekspedisi Kudungga (2017).
Atas dasar itu, cukup ganjil jika Kaltim yang bukan jalur perdagangan cengkeh dan pala, terdapat peninggalan budaya India, pada awal-awal masehi.
Tapi menurut Dave Lumenta menulis ada kemungkinan masuknya Hindu ke Kaltim, dilakukan tanpa rencana.
"Mungkin saja ada saudagar India, yang akhirnya terdampar ke Kaltim karena tidak tahu jalan menuju pulau rempah-rempah," tulis Dave.
Teori Brahmana
Dikemukakan oleh Jacob Cornelis van Leur.
Penyebaran agama Hindu ke Nusantara, pada tarikh masehi awal dibawa oleh golongan Brahmana.
Hal ini didukung oleh beberapa prasasti di Indonesia menggunakan bahasa Sansekerta.
"Ada kemungkinan proses masuknya pengaruh Hindu India di Nusantara bermula dari wiyasa lalu difinalisasi oleh brahmana," Muhammad Sarip, dalam bukunya berjudul: Kerajaan Martapura, Dalam Literasi Sejarah Kutai 400-1635 (2021).
Kundungga memang terkenal sebagai raja pertama di Muara Kaman, tapi pendiri dinasti Martapura bukan dia.
Aswawarman putra Kudungga mendapat gelar Wangsakerta, atau pendiri bangsa.
"Kemungkinan Kudungga sebenarnya hanya penguasa lokal, dan ia kala itu belum memiliki pemerintahan," menurut Dave Lumenta, Antropolog dan ahli budaya Dayak Universitas Indonesia.
Sarip dalam bukunya menulis para pedagang dari India berlayar hingga Nusantara mencari berbagai komoditas.
Kaum wiyasa itu lalu masuk ke pedalaman Sungai Mahakam dan berlabuh di Muara Kaman.
"Mereka penganut Hindu, tapi bukan golongan yang berkemampuan mengajarkan agama Hindu. Karena Hindu hanya bisa diajarkan oleh kalangan Brahmana," tulis Sarip.
Mungkin saja dalam para wiyasa itu membawa serta benda-benda bernuansa ritual Hindu, mungkin salah satunya arca.
Arca dewa-dewa Hindu inilah yang membuat Raja Aswawarman jatuh hati, dan memeluk Hindu.
Pertanyaannya kemudian, Aswawarman harus mempelajari Hindu dari brahmana.
Lalu, apakah brahmana didatangkan dari India, atau Aswawarman yang melancong ke Negeri Ramayana itu.
Sarip memprediksi, Aswawarman bersama rombongan lah yang hijrah dari Muara Kaman menuju India.
Di India, Aswawarman lalu mengikuti ritual upacara vratyastoma, sebagai penobatan menjadi seorang kesatria dalam Hindu.
Usai memeluk Hindu, Aswawarman lalu menyebarkannya ke Muara Kaman.
Aswawarman pula yang membawa tulisan Pallawa dan bahasa Sansekerta ke Muara Kaman. (Bersambung / Er Riyadi)