IDENESIA.CO - Pemulihan Bitcoin (BTC) menjadi momentum bagi investor untuk mengoptimalkan peluang dengan mulai mempertimbangkan instrumen investasi berisiko tinggi seperti kripto.
Hal ini dinyatakan oleh Chief Marketing Officer (CMO) Tokocrypto Wan Iqbal dalam Media Luncheon bersama Tokocrypto di Jakarta, Kamis (13/6/2024).
“Bitcoin pada akhir tahun kemarin masih 42 ribu (dolar Amerika Serikat/AS). Sekarang harganya udah sekitar 70 ribu (dolar AS), sudah hampir dua kali lipat,” ujarnya.
Hingga saat ini, kata dia, pergerakan harga BTC mendekati level 70 ribu dolar AS atau sekitar Rp1,13 miliar dengan estimasi kurs Rp16.242. Pelonjakan BTC yang hampir sebesar empat persen selama sepekan terakhir ini dipengaruhi angka inflasi AS pada bulan Mei 2024 yang lemah.
Setelah angka inflasi AS menurun, menurut dia, muncul ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) dalam waktu dekat. Pada pertemuan bulan Juni, The Fed telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga antara 5,25 - 5,50 persen, yang memberikan pengaruh penting terhadap harga BTC.
Selain itu, iklim investasi kripto disebut memperoleh angin segar dari beberapa perusahaan yang mulai mempertimbangkan kripto sebagai bagian dari portofolio investasi mereka. Artinya, adopsi institusional terhadap BTC dan aset kripto lainnya terus meningkat, yang berarti menunjukkan kepercayaan semakin kuat terhadap potensi jangka panjang aset digital.
“Kita melihat aset kripto ini menjadi pilihan, menjadi kebutuhan dari masyarakat Indonesia juga karena kita selama ini dihadapi dengan inflasi, kenaikan harga, kenaikan barang dan lain-lain. Jadi, sebagai masyarakat, sebagai individu, kita juga butuh pemasukan ataupun tambahan pemasukan yang memberikan return (keuntungan yang diperoleh dari investasi). (Karena itu), kita harus cari aset investasi yang bisa tumbuh di atas inflasi, dan itulah yang ditawarkan oleh aset kripto,” ungkap Iqbal.
Dia mengatakan sejak 2013-2023, BTC dinyatakan telah memberikan return hampir 300 kali lipat. Walaupun tidak selalu setiap tahun aset digital tersebut mengalami pertumbuhan, tetapi secara jangka panjang diprediksi cenderung mengalami kenaikan menimbang adopsi kripto terus meningkat, serta kegunaan atau fungsi dari aset digital itu semakin beragam.
“Apabila kita bandingkan dengan aset investasi lain seperti S&P 500 atau pasar saham di Amerika, kemudian emas dan juga minyak mentah, investasi pada kripto atau Bitcoin itu pengembaliannya atau return-nya jauh lebih besar dibandingin yang lain. Itu makanya akhirnya aset kripto atau Bitcoin itu menjadi pilihan bagi masyarakat muda karena menurut saya jangka panjangnya itu sangat-sangat bagus,” ucap dia.
Dalam kesempatan itu, Iqbal turut menyampaikan bahwa pertumbuhan kripto di Indonesia sangat baik. Per Maret 2023, terdapat 20 juta investor atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang sebesar 18,5 juta investor. Jumlah tersebut lebih tinggi dua kali lipat jika dibandingkan total para investor di pasar modal.
“Jadi penetrasinya, adopsinya, sangat-sangat cepat dan mayoritas dari investornya ini adalah anak-anak muda Gen Z, milenial, umur dari 18 sampai 35 tahun. Makanya banyak yang bilang kripto itu aset masa depan karena cocoknya buat anak yang muda-muda, tapi gak tutup kemungkinan juga untuk di atas 35 tahun (mengingat) banyak yang jualan di Tokocrypto (untuk kategori umur tersebut),” katanya.
(Redaksi)