IDENESIA.CO - Siapa yang belum pernah mendengar nama Neil Armstrong?
Ia adalah satu dari tiga manusia pertama yang mendarat di Bulan.
Dua diantaranya yakni Buzz Aldrin dan Michael Collins.
Namun kini yang masih menyisakan misteri soal Neil Armstrong adalah, apakah benar lelaki yang mengembuskan napas terakhir di usia 82 tahun ini sudah memeluk Islam?
Apalagi sepanjang hidupnya, selepas misi pendaratan di Bulan, Neil Armstrong tidak pernah mau terbuka terhadap media.
Neil Armstrong Kunjungi Turki
Armstrong semakin dikenal sebagai muslim lantaran berbagai forum memuat mengenai perjalanannya ke Mesir.
Berbagai sumber mengungkapkan dalam liburannya ke Negeri Piramida itu pada 1970, Armstrong mendengar suara azan.
Ketika itu, dia sedang makan di restoran di Ibu Kota Kairo.
Kepada pelayan, dia mengaku mendengar panggilan salat wajib itu waktu di Bulan. Setelah itu, dia masuk Islam.
Namun ayah tiga anak ini tidak pernah mengumumkan secara terbuka soal keislamannya itu.
Dia pun tidak pernah membenarkan atau menyanggah kalau ada yang menanyakan soal keyakinan barunya itu.
Isu pindah agama Neil Armstrong itu ternyata masih ramai dibicarakan hingga saat ini, meskipun orang yang pernah mengiringi manusia pertama menginjakkan kakinya di bulan itu sudah lama wafat.
Isu itu juga bukan hanya tersebar di Indonesia, melainkan sudah menjadi semacam mitos di mana-mana.
Media massa Amerika Serikat (AS) CBS News bahkan menempatkan isu pindah agama itu sebagai mitos nomor 10 tentang Neil Armstrong.
Tidak sedikit warga dunia yang mengetik "Neil Armstrong" dan "Islam" dalam kotak pencarian Google.
Washington Post bahkan memuat tulisan yang membahas rumor bahwa Neil Armstrong menjadi mualaf.
Penulisnya adalah seorang pengacara sekaligus analis kebijakan bernama Sally Tyler.
Suatu saat di Yogyakarta tahun '90-an, Sally berjumpa pedagang asal Somalia yang kulakan sarung di Indonesia, namanya Abdullah.
Saat Sally menilai suara azan di Yogyakarta dilantunkan dengan merdu, Abdullah lantas bertanya ke Sally soal apa benar Neil Armstrong juga mendengar azan di bulan sana?
Pemerintah AS Respon Soal Neil Armstrong Masuk Islam
Ternyata isu pindah agama itu juga sampai ke telinga Pemerintah AS.
As pun bereaksi atas rumor itu.
Pada Maret 1983, Kementerian Luar Negeri AS mengirimkan pesan ke seluruh kedutaan dan konsulatnya di negara-negara berpenduduk muslim. Begini surat itu dikutip dari detikcom.
1. Mantan astronot Neil Armstrong, saat ini sudah hidup secara pribadi, telah menjadi subjek laporan pers di Mesir, Malaysia, dan Indonesia (dan mungkin juga di manapun) berisi dugaan bahwa dia berpindah agama ke Islam selama pendaratannya di bulan pada 1969. Sebagai hasil dari laporan-laporan itu, Armstrong telah menerima banyak komunikasi dari kalangan perorangan maupun organisasi keagamaan, dan formulir penyelidikan sekurang-kurangnya dari satu pemerintah, tentang kemungkinannya berpartisipasi dalam aktivitas Islami.
2. Menekankan keinginan kuatnya untuk tidak menyinggung siapapun atau menunjukkan sikap tidak menghormati ke agama apapun, Armstrong telah memberi tahu Departemen (Kementerian Luar Negeri AS) bahwa laporan-laporan terkait kepindahan agamanya adalah tidak benar.
3. Bila ada pertanyaan tentang hal ini, Armstrong meminta agar mereka yang bertanya diberi jawaban dengan sopan, namun meyakinkan bahwa dia tidak pindah agama ke Islam dan tak punya rencana atau keinginan untuk mengunjungi tempat-tempat di luar negeri guna mengikuti aktivitas keagamaan Islam.
Klarifikasi Kementerian Luar Negeri AS Tak Kuat
Namun klarifikasi Kementerian Luar Negeri AS tak cukup kuat untuk membendung rumor itu.
Malahan, rumor itu semakin berkembang ke cerita yang baru lagi.
Rumor selanjutnya menceritakan, saat Apollo 11 menemukan bahwa bumi memancarkan cahaya (memang benar demikian).
Sumber cahaya itu ternyata adalah Kakbah di Mekah, dan itu adalah bukti bahwa Mekah adalah pusat dunia.
Neil Armstrong menerima undangan-undangan dari negara-negara berpenduduk muslim, agar dia hadir di acara Islami.
Undangan itu sering sampai ke Armstrong pada dekade '80-an. Armstrong merasa ini sudah saatnya dia berbicara langsung, bukan lagi melalui Kemlu.
"Kami mendapatkan rentetan kabar yang dibanjiri pertanyaan tentang hal ini, terutama dari dunia Islam namun ada juga dari dunia non-muslim. Yang terakhir kemudian bertanya kepada saya, 'Ini tidak benar kan?' Akhirnya kami memutuskan bahwa kami butuh acara resmi yang bisa diakses wartawan," ujar Neil dalam buku itu.
"Kami meminta bantuan Kementerian Luar Negeri lagi, kali ini untuk mendampingi membuat acara jumpa pers via telepon ke Kairo, Mesir, tempat banyak wartawan dari Timur Tengah bisa bertanya kepada saya dan mendapatkan jawaban saya," tutur Neil.
Ternyata usaha Armstrong tak mampu membendung beredarnya rumor-rumor itu.
Bahkan, pihak yang telah diberi tahu bahwa isu kepindahan agama Armstrong adalah hoax kemudian beranggapan bahwa Pemerintah AS tidak ingin pahlawan negaranya dikenal sebagai seorang muslim.
AS dinilai ingin Armstrong menyangkal agamanya di depan publik.
Suatu saat di pertemuan organisasi Phi Delta Theta di Universitas Purdue, AS, seorang putra profesor keturunan Timur Tengah menceritakan bahwa ayahnya menceritakan bahwa Neil Armstrong pindah agama.
Anak itu kemudian bertanya apakah kabar itu benar atau tidak.
"Saya katakan kepadanya, tentu saja kabar itu tidak benar. Bisa saya katakan, dia berpikir bahwa saya berbohong kepadanya. Dia tidak mempercayaiku. Dia telah yakin bahwa saya akan berbohong bila berbicara soal itu," kata Armstrong.
Armstrong sadar, dirinya adalah orang terkenal, dianggap pahlawan, dan tidak semua orang bisa seperti dirinya yakni menjadi manusia pertama yang menginjak bulan.
Saking langkanya di dunia ini, Armstrong telah menjadi mitos. Wajar saja bila banyak kelompok ingin merangkul dan mendakunya sebagai salah satu anggotanya.
Banyak pula orang-orang yang tak dikenal Armstrong mengaku sebagai keluarga jauhnya.
Lalu apa sebenarnya agama Armstrong? Dilansir The Telegraph, pria kelahiran 5 Agustus 1930 itu menyatakan tak memeluk satu agama tertentu meski dilahirkan dari orang tua yang taat beragama.
"Mereka mengizinkan saya untuk mengejar hal yang saya inginkan. Mereka tidak mencoba untuk mendikte saya soal apa yang harus saya lakukan atau ke mana saya harus pergi," tegas Armstrong. (redaksi)