Site icon Idenesia

Kematian Upin Jadi Alarm Keras: Populasi Pesut Mahakam Kini Hanya Tersisa Sekitar 60 Ekor

Trump menunjukkan tanda tangan yang dibubuhkan dirinya pada RUU yang mengakhiri shutdown pemerintah AS. Foto:Ist

Trump menunjukkan tanda tangan yang dibubuhkan dirinya pada RUU yang mengakhiri shutdown pemerintah AS. Foto:Ist

IDENESIA.CO – Kematian seekor pesut jantan bernama Upin di perairan Desa Kuyung, Muara Muntai, Kutai Kartanegara, bukan sekadar kabar duka bagi pegiat konservasi, tapi juga tanda bahaya bagi masa depan satwa endemik Kalimantan Timur itu.

 engan populasi yang tersisa sekitar 60 ekor, setiap kehilangan satu individu pesut berarti langkah lebih dekat menuju kepunahan.

Pagi yang biasanya tenang di tepian Sungai Mahakam mendadak berubah muram, Rabu (5/11/2025). Seekor Pesut Mahakam jantan ditemukan mati terdampar di perairan Desa Kuyung, Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara.

 Satwa malang itu belakangan diketahui bernama Upin, pesut muda berusia sekitar tiga tahun yang selama ini dipantau oleh Yayasan Konservasi RASI (The Rare Aquatic Species of Indonesia) sejak kelahirannya pada Juli 2022.

Tubuh pesut pertama kali ditemukan warga sekitar pukul 07.00 WITA, dalam kondisi sudah mulai membusuk. Tim gabungan dari RASI, Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak, dan Pokdarwis Pela segera datang ke lokasi untuk melakukan evakuasi hati-hati sebelum dibawa ke Stasiun RASI di Desa Sangkuliman.

Proses nekropsi (bedah bangkai) dilakukan pukul 14.25 WITA oleh dokter hewan bersama tim ahli. Dari hasil pemeriksaan awal, diketahui pesut itu berjenis kelamin jantan, memiliki panjang 174 sentimeter dan berat 104 kilogram.

“Upin merupakan pesut muda yang kerap terlihat di sekitar Muara Muntai. Kami mengenalinya dari pola bekas luka dan bentuk siripnya,” ujar salah satu anggota tim RASI yang ikut mengevakuasi.

Penyebab pasti kematian Upin belum dapat dipastikan. Tim masih menunggu hasil laboratorium terhadap sampel jaringan untuk mengetahui apakah pesut tersebut mati akibat penyakit, infeksi, racun, tabrakan kapal, atau jeratan jaring nelayan.

“Kami belum bisa memastikan penyebab kematian. Harus menunggu hasil uji laboratorium,” kata dokter hewan yang memimpin proses nekropsi.

Populasi Kritis di Ambang Kepunahan

Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) adalah mamalia air tawar endemik yang hanya hidup di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Menurut data RASI, jumlahnya kini tinggal 60–62 individu, jauh menurun dari perkiraan lebih dari 5.800 ekor pada era 1970-an di seluruh Asia Tenggara.

Berdasarkan data pemantauan 1995–2021, sekitar 70 persen kematian pesut Mahakam disebabkan jeratan jaring nelayan (rengge). Sisanya karena tertabrak kapal, tersengat alat setrum ikan, atau terpapar limbah industri.

Peneliti RASI menyebut bahwa meski perburuan langsung kini jarang terjadi, ancaman tidak langsung dari aktivitas manusia justru meningkat pesat, terutama dari pencemaran sungai, padatnya lalu lintas perahu bermesin, dan penurunan kualitas habitat.

“Kematian satu individu pesut setara kehilangan besar bagi populasinya. Mereka berkembang biak sangat lambat, betina hanya melahirkan satu anak setiap tiga tahun,” jelas peneliti senior RASI, drh. Daniek Hendarto.

Duka yang Mengingatkan dan Menggugah

Kematian Upin menambah daftar panjang pesut Mahakam yang tak terselamatkan. Dalam unggahan di media sosial resminya, RASI menyampaikan pesan duka sekaligus peringatan keras bagi masyarakat sekitar agar lebih peduli pada kelestarian Sungai Mahakam.

“Selamat jalan Upin. Mari jaga Mahakam, rumah terakhir mereka,” tulis RASI dalam unggahan di akun Instagram-nya.

RASI juga mengimbau masyarakat, terutama nelayan, agar lebih berhati-hati dalam beraktivitas di sungai. Penggunaan alat tangkap ramah lingkungan dan kecepatan kapal di area habitat pesut diminta untuk dikendalikan.

“Setiap laporan cepat bisa menyelamatkan satu nyawa. Jika ada pesut terdampar, hidup atau mati, harap segera lapor ke BPSPL Pontianak di 0811-5747-701,” kata salah satu relawan RASI di lapangan.

Mahakam, Rumah yang Kian Terancam

Bagi masyarakat tepian sungai, pesut Mahakam bukan sekadar mamalia air, tetapi simbol identitas dan keseimbangan ekosistem. Namun tanpa langkah nyata menjaga habitat mereka dari pencemaran, overfishing, dan aktivitas kapal bermesin berat, kisah tragis seperti yang menimpa Upin dikhawatirkan akan terus berulang.

Kini, tubuh kecil Upin yang terbujur di tepi Mahakam menjadi simbol kehilangan besar bagi dunia konservasi Indonesia.

Jika tak ada perubahan kebijakan dan kesadaran kolektif untuk menjaga sungai, maka suara lembut pesut di perairan Kalimantan Timur suatu hari nanti mungkin hanya tinggal legenda.

(Redaksi)

Exit mobile version