Jumat, 22 November 2024

Memulai Karier sebagai Seorang Aktris, Ratna Asmara Dinobatkan Sutradara Perempuan Pertama di Indonesia

Rabu, 28 Desember 2022 15:0

POTRET - Ratna Asmara, sutrada perempuan pertama di Indonesia. / Foto: IST

IDENESIA.CO -  Salah satu sosok perempuan berpengaruh dalam sejarah perfilman nasional ialah Ratna Asmara, yang merupakan sutradara perempuan pertama di Indonesia.

Memulai kariernya sebagai seorang aktris, istri dari sutradara Andjar Asmara itu debut sebagai seorang sutradara pada tahun 1950 melalui film Sedap Malam.

Sedap Malam merupakan film yang menceritakan kisah perempuan yang mendapati suaminya bersama perempuan lain.

Film yang dibuat untuk perusahaan PERSARI dan naskahnya ditulis oleh Andjar Asmara itu mengangkat kisah tragis seorang perempuan malam itu sukses dipasaran.

Walaupun berhasil menarik banyak penonton, sutradara perempuan pertama kelahiran tahun 1914 itu menuai kritikan dari berbagai media.

Ya, perjalanan Ratna Asmara sebagai perempuan pertama Indonesia yang berprofesi sebagai sutradara tentu tak mudah.

Terlebih pada masa itu ia sulit mendapatkan dukungan di industri perfilman yang masih didominasi oleh laki-laki.

Setelah perilisan film pertamanya itu, alih-alih mendapat pujian karena berhasil meraih kesuksesan, Sedap Malam justru dinilai belum tergolong sebagai karya seni yang tidak terlalu bernilai.

Padahal, sebelum debut sebagai seorang sutradara, Ratna Asmara sudah berkecimpung di dunia peran selama lebih dari 10 tahun sebagai pemain teater.

Kala itu, Ratna dan sang suami bergabung dalam kelompok sandiwara, yakni Dardanella, yang merupakan salah satu kelompok teater terbesar di era kolonial.

Ratna juga sempat berakting di sejumlah film karya suaminya, misalnya saja Kartinah (1940), Noesa Penida (1941), dan Ratna Moetoe Manikam (1941).

Kendati menuai kritik tajam mengenai karya pertamanya, Ratna tetap tak patah semangat dan kembali dengan karya-karya lainnya.

Beberapa film lainnya yang disutradarai oleh Ratna Asmara antara lain Musim Bunga di Selabintana (1951), Dr. Samsi (1952), Nelajan (1953), dan Dewi dan Pemilihan Umum (1954).

Di tahun 1953, dikutip dari Twitter Cinemalinea, Ratna mendirikan Ratna Films, yang kemudian berubah nama menjadi Asmara Films.

Sepanjang kariernya sebagai sutradara perempuan pertama di Indonesia, Ratna Asmara sering kali mengangkat tema sosial kemasyarakatan.

Perjuangan seorang Ratna Asmara di industri perfilman Indonesia tentunya terukir sebagai sejarah yang harus selalu diingat.

Berkatnya, kini perempuan sudah banyak terlibat dalam perkembangan dunia perfilman nasional, baik itu sebagai sutradara ataupun peran lainnya.

(Redaksi)

 

 

Tag berita:
IDEhabitat