Minggu, 6 Oktober 2024

Asal-usul dan Sejarah

Menelusuri Sejarah Gunung Steling Samarinda, Benteng Jepang Pantau Pesawat Tempur Saat Perang Pasifik

Area Bukit Selili Diduga jadi Tambang Era Kolonial

Sabtu, 18 Desember 2021 12:8

Puncak gunung Steling saat malam hari. Menelusuri sejarah Gunung Steling Samarinda, benteng pertahanan udara Jepang pantau pesawat tempur saat Perang Pasifik.

IDENESIA.COMenelusuri sejarah Gunung Steling Samarinda, Kalimantan Timur.

Gunung Steling atau juga dikenal sebagai gunung Selili jadi salah satu lokasi tertinggi di Samarinda.

Bila berada di puncak bukit, anda bisa melihat panorama ibu kota Kalimantan Timur atau Kaltim.

Mulai dari sungai yang membelah bagian kota Samarinda seberang dan kota, gedung perkotaan hingga jembatan-jembatan yang melayang di atas sungai Mahakam.

Ya, bak CCTV yang bertugas memantau dan merekam segala peristiwa kehidupan kota Samarinda, begitulah puncak gunung steling.


Panorama di puncak Gunung Steling saat malam hari. (Redaksi Idenesia.co)

Nah, dari penuturan warga sekitar gunung Steling, area puncak gunung pada zaman dahulu dijadikan benteng pertahanan Jepang.

Katanya, Jepang membuat tower menara untuk memantau pesawat tempur sekutu yakni Australia dan Inggris saat pecahnya perang pasifik

Selain itu, area gunung Steling tersebut diduga sebagai lokasi tambang Era Kolonial.

Lantaran terdapat lubang-lubang di area gunung Steling yang ditengarai sebagai lokasi tambang.

Ya, Samarinda merupakan daratan rendah dengan segudang sejarah.

Di Samarinda juga, rekaman berbagai event sejarah serta deretan pertempuran terjadi.

Bicara kota juang, mungkin masing-masing kita akan sepakat bahwa nama itu tersemat untuk Sangasanga, Kukar.

Gagah berani perajurit Indonesia, menahan gempuran dari pihak sekutu (Australia).

Momen itu diberi nama Peristiwa Merah Putih Sangasanga.

Momen sejarah pertempuran juga terpahat di beberapa tempat di Samarinda.

Salah satunya, Gunung Selili atau Gunung Steling.

Tidak banyak yang mengetahui sejarah yang terukir di Gunung Selili.

Informasi yang dihimpun dari warga yang bermukim di sekitar Gunung Selili, pertempuran terjadi sayangnya bukan oleh pejuang kita (Indonesia)

Pertempuran melibatkan benteng pertahanan di Gunung Selili atau Gunung Steling, terjadi turut pada rangkaian Perang Pasifik (7 Desember 1941 – 2 September 1945).

"Dahulu di puncak gunung tersebut ada semacam tower atau menara pantau untuk memantau pesawat-pesawat musuh sekaligus sebagai benteng pertahanan pertama dari serangan udara," catatan Fatur, pemerhati sejarah "Sejarah Gunung Steling Samarinda" (2020).

Tugas menara pantau di gunung itu menjadi penangkal atau benteng pertahanan pertama pihak Jepang, jika menerima serangan udara dari pihak sekutu.

Ada kisah di kalangan warga, para serdadu yang bertugas di menara pantau tersebut kakinya diikat dan dirantai sehingga tidak bisa lari dan harus mempertahankan benteng tersebut hingga titik darah penghabisan.

"Saat itu pasukan sekutu (Australia) yang oleh masyarakat mengira adalah pasukan Inggris atau Sterling. Serdadu iyu bertugas untuk menghalau pasukan Sterling," lanjut tulisannya.

Sejak saat ini, sebutan bukit/gunung Steling akrab di telinga masyarakat.

Kemudian pengejaannya berubah menjadi Steleng seperti saat ini.


Suasana puncak Gunung Steling di pagi hari. (Redaksi Idenesia.co)
Di sekitar lerang Gunung Steling, terdapat lubang-lubang hasil pertambangan batu bara era kolonial.

"Saya yakini lubang-lubang yang ada di Gunung Selili, merupakan hasil kegiatan penambangan batubara di era kolonial," ungkap Fajar Alam, Chairman Ikatan Ahli Geologi Indonesia Kaltim.

Lubang-lubang diduga hasil pertambangan itu, lalu dimanfaatkan serdadu Jepang, di era perang Pasifik.

"Lubang-lubang itu kemudian mengalami pemanfaatan berbeda di era perang pasifik sebagai lokasi intai dan gerak bawah tanah ke sisi lain wilayah Samarinda," katanya. (Er Riyadi)

Tag berita:
IDEhabitat