IDENESIA.CO - Dunia saat ini sedang menghadapi krisis kembar, yakni krisis iklim serta krisis energi.
Presiden Environmental Defense Fund (EDF) Fred Krupp dalam Konferensi Kerja Sama dan Pengembangan Pembiayaan Karbon Amerika Serikat (AS)-China di New York, AS, pada 13 Desember 2010.
Menurutnya solusi untuk keduanya sama, yakni meningkatkan upaya kerja sama global guna mempercepat transisi energi, kata Fred Krupp, Presiden Environmental Defense Fund (EDF) yang berbasis di Amerika Serikat (AS).
"Krisis kembar ini mengakibatkan gangguan luar biasa terhadap perlunya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kehidupan yang sehat," kata Krupp dalam wawancara eksklusif dengan Xinhua pada Selasa (7/3), di forum energi global CERAWeek yang sedang berlangsung.
Guncangan energi baru-baru ini, lanjut Krupp, menjadi setidaknya salah satu "krisis energi pertama" dalam era transisi energi yang sedang dialami dunia.
"Kita bisa menyelesaikan kedua krisis ini sekaligus. Karena beralih dari bahan bakar fosil adalah solusi bagi kedua krisis tersebut," ujarnya.
Advokat lingkungan hidup itu menekankan bahwa transisi energi itu seharusnya tidak hanya dilakukan dengan cepat, tetapi juga dengan cara menghemat biaya dan membuat transisi berjalan praktis bagi semua negara.
Untuk mengatasi krisis iklim dan energi bersama-sama, transisi harus adil bagi semua orang di seluruh dunia, terutama tidak merugikan mereka yang tinggal di perekonomian berkembang.
Di antara semua tantangan selama masa transisi tersebut, polusi metana menjadi tantangan serius dan utama yang membutuhkan solusi segera.
"Emisi metana akan menyebabkan dampak pemanasan global yang lebih besar dalam satu dekade ke depan dibandingkan dampak dari emisi pembakaran semua bahan bakar fosil di mana pun di planet ini dalam satu dekade ke depan," ujarnya memperingatkan.
Dia juga menyampaikan harapan bahwa sesi ke-28 Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (COP28), yang akan digelar di Uni Emirat Arab akhir tahun ini, pada akhirnya akan membuahkan rencana aksi nyata bagi semua negara untuk menurunkan emisi metana dari sektor minyak dan gas.
Meski "pernyataan keras" tentang pentingnya hidrogen diperdengarkan dalam CERAWeek, forum energi global tahunan paling berpengaruh yang digelar selama lima hari di Houston, Krupp tampak kurang optimistis.
Dia menyatakan bahwa walaupun sangat penting untuk penggunaan tertentu, hidrogen akan menjadi "gas rumah kaca yang sangat kuat seperti metana" jika bocor ke atmosfer.
Menjelang COP28, Krupp berharap semakin banyak negara akan bersatu dan membuat kemajuan terlepas dari perbedaan antara Global South dan Global North dalam soal aksi iklim.
"Kita semua berada di perahu yang sama," tuturnya. "Tidak ada yang lebih penting daripada kerja sama geopolitik untuk melawan ketegangan."
"Kita perlu membangun jembatan antara semua negara dan menyelesaikan masalah ini bersama-sama," katanya.
Krupp juga memuji kemajuan luar biasa yang dicapai di China dalam hal pemurnian udara dan pengembangan teknologi ramah iklim, serta menyuarakan keyakinannya tentang kerja sama China-AS dalam aksi iklim meski terjadi friksi belakangan ini.
"Saya percaya negara-negara akan bekerja sama karena sangat penting bagi kedua negara besar tersebut untuk bekerja sama demi masa depan semua orang di China dan semua orang di AS, maupun semua orang di planet ini," katanya.
EDF, salah satu organisasi lingkungan hidup paling berpengaruh di dunia menurut situs web CERAWeek, bekerja sama dengan China selama 30 tahun dan "pasti" akan terus bekerja sama dengan China, kata Krupp, yang memimpin EDF sejak 1984.
"Jika kita bisa menyelesaikan masalah iklim dan energi bersama-sama, seluruh dunia akan lebih aman," pungkasnya.
Lebih dari 7.000 peserta, yang mencakup pembuat kebijakan, pemimpin industri, eksekutif perusahaan, investor dan peneliti dari 80 lebih negara dan kawasan menghadiri CERAWeek 2023, yang berakhir pada Jumat (10/3), menurut S&P Global sebagai penyelenggara.
(Redaksi)