IDENESIA.CO – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto resmi melantik Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Arif Satria, sebagai Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang baru, menggantikan Laksana Tri Handoko. Upacara pelantikan berlangsung di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025), dan menjadi momentum penting dalam arah baru kebijakan riset serta inovasi Indonesia pada masa pemerintahan baru.
Selain Arif, Presiden Prabowo juga melantik Laksamana Madya TNI (Purn) Prof. Dr. Amarulla Octavian sebagai Wakil Kepala BRIN. Pengangkatan dua tokoh tersebut ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 123P Tahun 2025, yang berisi pemberhentian dan pengangkatan pejabat pimpinan BRIN.
Suasana upacara pelantikan berlangsung khidmat. Acara diawali dengan lagu Indonesia Raya, diikuti pembacaan Keppres oleh Sekretaris Negara. Usai pembacaan keputusan, Arif Satria dan Amarulla Octavian mengucapkan sumpah jabatan yang didikte langsung oleh Presiden Prabowo.
“Demi Allah saya bersumpah bahwa saya akan setia kepada UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menjalankan peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya, serta menjunjung tinggi etika jabatan dengan penuh tanggung jawab,” demikian bunyi sumpah jabatan yang diucapkan Arif Satria dengan suara tegas.
Pelantikan ini menjadi penanda babak baru bagi BRIN, lembaga strategis yang memimpin riset nasional, inovasi teknologi, hingga rekayasa sains lintas sektor.
Arif Satria lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 17 September 1971. Masa kecil hingga remaja ia habiskan di kota tersebut, menempuh pendidikan di SD Islam 2 Pekalongan (1984), SMP Islam Pekalongan (1987), dan SMA Muhammadiyah Pekalongan (1990).
Pada 1990, Arif lolos Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan memilih Program Studi Penyuluhan Pertanian di Fakultas Pertanian IPB. Minatnya pada isu-isu sosial agraria dan dinamika pedesaan membuatnya melanjutkan studi S2 pada Program Sosiologi Pedesaan IPB hingga meraih gelar magister pada 1999.
Keingintahuannya terhadap kebijakan kelautan dan ekonomi perikanan mendorong Arif menempuh pendidikan doktoral di Kagoshima University, Jepang, pada bidang Marine Policy. Ia menyelesaikan studi S3 pada 2006 dengan reputasi akademik yang baik.
Arif mulai mengabdi sebagai dosen sejak 1997 di Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan IPB. Konsistensinya dalam penelitian dan kontribusi ilmiah membawanya meniti karier akademik dengan cepat. Pada 2019, ia ditetapkan sebagai Guru Besar Tetap di Fakultas Ekologi Manusia IPB pada bidang Ekologi Politik.
Kepemimpinan Arif sebagai akademisi mencapai puncaknya ketika ia terpilih menjadi Rektor IPB University untuk periode 2017-2022. Banyak pihak menilai Arif membawa transformasi signifikan, terutama dalam tata kelola kampus, inovasi program studi, hingga penguatan IPB sebagai perguruan tinggi riset.
Karena prestasi tersebut, ia kembali dipercaya memimpin IPB University untuk periode kedua 2023-2028.
Di luar kampus, Arif Satria aktif membantu pemerintah. Ia pernah menjadi Tim Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan (2001-2002), kemudian menjabat Penasihat Menteri KKP pada 2012-2019. Pemikirannya yang progresif membuatnya banyak terlibat dalam penyusunan kebijakan strategis sektor perikanan dan kelautan di Indonesia.
Pada 2024, Arif ditunjuk sebagai panelis debat cawapres pada Pemilu 2024, menunjukkan pengakuan publik terhadap kapasitasnya dalam isu-isu strategis nasional.
Arif dikenal sebagai akademisi yang aktif berorganisasi. Ia pernah menjabat Ketua Umum Forum Rektor Indonesia (2020-2021), Ketua Dewan Pertimbangan FRI (2021-2023), Komisaris Utama PTPN Holding (2018-2022), hingga Ketua Umum ICMI (2021-2026).
Dunia internasional pun memberikan penghargaan kepada Arif. Pada 2008, ia meraih Yamamoto Prize di konferensi International Institute for Fisheries Economics and Trade (IIFET). Pada 2013, ia mendapat Akademisi Peduli Penyuluhan dan SDM Perikanan, dan pada 2019 menjadi Second Winner Academic Leader Award.
Ia juga merupakan penerima Satyalancana Karya Satya 10 Tahun dari Presiden Republik Indonesia.
Dalam laporan LHKPN terakhir pada 25 Maret 2025, Arif Satria memiliki total harta kekayaan Rp9,1 miliar. Aset terbesar berupa tanah dan bangunan senilai Rp9,17 miliar, disusul alat transportasi sebesar Rp781 juta, serta kas dan setara kas sebesar Rp269 juta. Ia juga tercatat memiliki utang pribadi sekitar Rp1,2 miliar.
Kini, setelah resmi menjadi Kepala BRIN, Arif Satria memikul tugas besar: mempercepat hilirisasi riset, memperkuat ekosistem inovasi nasional, meningkatkan budaya riset di perguruan tinggi dan lembaga publik, serta memastikan kemandirian teknologi Indonesia di tengah persaingan global.
Dengan rekam jejak panjang sebagai akademisi, peneliti, dan birokrat, publik berharap Arif mampu membawa BRIN memasuki era baru yang lebih produktif, inklusif, dan berorientasi pada kemajuan bangsa.
(Redaksi)
