IDENESIA.CO - Dengan raut wajah yang amat yakin, Isran Noor, Gubernur Kaltim menjawab pertanyaan presenter kondang Najwa Shihab dalam tayangan Mata Najwa.
Pertanyaan yang dilontarkan Najwa Shihab, cukup sederhana.
Benarkah Kaltim yang dipilih jadi calon ibu kota negara (IKN) baru bebas dari bencana alam?
Begitulah kira-kira pertanyaan Nana, sapaan karib Najwa Shihab.
"Kaltim realatif aman dari bencana alam. Dari segi Gempa Bumi," jawaban dengan nada pasti Isran Noor.
Dari penelusuran berbagai sumber, jawaban Mantan Bupati Kutim ini ada benarnya.
Kalimantan Timur (Kaltim) relatif lebih aman dari bencana gempa bumi.
Faktornya tidak ada gunung merapi aktif di Bumi Mulawarman ini.
Tapi, bukan berarti tanpa ancaman.
Menurut BMKG, Kaltim bukan terbebas dari gempa bumi. Potensi selalu ada mengintai.
Teranyar, 29 Januari 2021, awal tahun lalu. Sekira pukul 00.42 Wita, Berau diguncang gempa tektonik.
Kekuatan gempa magnitudo 4,1, di laut jarak 62 km arah timur Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur.
"Episenter gempa terletak pada koordinat 2,03 Lintang Utara dan 118,05 Bujur Timur, pada kedalaman 10 km," kata Daryono, Koordinator Biddang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG.
Data BMKG, potensi gempa di Kaltim berada di tiga sesar.
Tiga sesar itu di antaranya; Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Paternoster
Menariknya, Sesar Maratua di Berau dan sesar Mangkalihat di Kutai Timur masih aktif sampai saat ini.
Keduanya menunjukan amtivitas dengan potensi gempa tinggi.
Kajian Pusat Studi Gempa Nasional (PUSGEN) terhadap Sesar Mangkalihat pada 2017 menemukan bahwa sesar ini memiliki potensi gempa dengan magnitudo 7,0.
Kekuatan gempa itu cukup memberi dampak kerusakan sedang hingga berat di Semenanjung Mangkalihat dan sekitarnya.
Isran Noor tegas menyangkal data itu.
"Saya endak tahu, BMKG dapat pengetahuan dari mana itu jangan-jangan hoaks. Kalau menurut sumber gempa yang menurut sumber pengetahuan yang sudah teruji, mana ada patahan di situ," papar Isran, dikutip dari detiknews (Agustus 2019).
BMKG, beberapa waktu lalu merilis catatan sejarah gempa bumi di Kaltim, yang berkaitan erat dengan dengan Sesar Maratua dan Sesar Sangkulirang:
1. Gempa dan tsunami Sangkulirang pada 14 Mei 1921. Gempa memiliki skala intensitas VII-VIII MMI dan diikuti tsunami.
2. Gempa Tanjung Mangkalihat berkekuatan M=5,7 pada16 November 1964.
3. Gempa Kutai Timur berkekuatan M=5,1 pada 4 Juni 1982.
4. Gempa Muarabulan, Kutai Timur, berkekuatan M=5,1 pada 31 Juli 1983.
5. Gempa Mangkalihat berkekuatan M=5,4 pada 16 Juni 2000.
6. Gempa Tanjungredep berkekuatan M=5,4 pada 31 Januari 2006.
7. Gempa Muaralasan, Berau, berkekuatan M=5,3 pada 24 Februari 2007.
"Gempa dan tsunami Sangkulirang pada 14 Mei 1921. Dampak gempa menimbulkan kerusakan memiliki skala intensitas VII-VIII MMI, yang artinya banyak bangunan mengalami kerusakan sedang hingga berat. Gempa kuat ini diikuti tsunami yang mengakibatkan kerusakan di sepanjang pantai dan muara sungai di Sangkulirang, Kaltim," papar Daryono.
Catatan gempa dari Sesar Paternoster, juga memiliki daftar yang sama.
Hasil monitoring BMKG menunjukan sesar berusia tersier ini masih sering terjadi gempa.
1. Gempa Paser berkekuatan M=6,1 pada 26 Oktober 1957.
2. Gempa bumi di Paser, Kalimantan Timur, pada tanggal 22 November 2009, dengan kekuatan M=4,7.
3. Gempa tektonik di Longkali, Paser pada 19 Mei 2019, berkekuatan M=4,1. Guncangannya sempat menimbulkan kepanikan masyarakat.
"Seluruh gempa yang bersumber di wilayah Kalimantan Timur dipicu oleh aktivitas sesar aktif, sehingga meskipun magnitudonya tidak sebesar yang bersumber di zona megathrust maka tetap dapat berdampak merusak bangunan jika tidak diantisipasi dengan sebaik-baiknya," pungkas Daryono. (Er Riyadi)