"Keputusan mencabut imbauan pemerintah itu untuk mencegah politik Hindutva (nasionalisme Hindu) dicemooh menghadapi kritik keras dari semua kalangan," lanjutnya.
Sementara Hari Valentine menjadi semakin populer di negara itu dalam beberapa tahun terakhir, kaum nasionalis Hindu melihat hari raya itu sebagai sesuatu yang membuat moral yang "rusak".
Melansir The Guardian, perayaan hari Valentine telah meningkat di India, begitu pula retorika anti-Valentine yang sering "menargetkan wanita, menyatakan bahwa hari libur mendorong pergaulan bebas dan perilaku vulgar wanita.
Rayakan Hari Valentine Kelompok Hindu sayap kanan telah merusak toko kartu yang menjual hadiah untuk hari Valentine, membakar bunga Valentine, dan mengejar serta menargetkan pasangan yang bergandengan tangan pada hari yang juga disebut Hari Kasih Sayang tersebut.
Baru-baru ini juga muncul apa yang disebut kelompok "penjaga sapi" yang terdiri dari nasionalis Hindu yang mengancam dan menyerang petani Muslim di negara yang memiliki ternak.
Sejak Perdana Menteri Narendra Modi dan partai BJP berkuasa di India pada tahun 2014, mereka telah "melegalkan diskriminasi terhadap minoritas agama dan memungkinkan nasionalisme Hindu yang keras," menurut Human Rights Watch.
Umat Hindu membentuk sekitar 80% dari hampir 1,4 miliar penduduk negara itu. Muslim membentuk 14% dari demografis, sedangkan 6% sisanya terdiri dari sebagian besar orang Kristen, Sikh, Budha, dan Jain.
(Redaksi)