IDENESIA.CO – Di tengah kepadatan Kota Samarinda yang terus bertumbuh, kehidupan warga kecil sering kali tenggelam dalam kesunyian. Begitu pula kisah dua saudari pengrajin ketupat di Kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang, yang kini hidup dalam kondisi ekonomi memprihatinkan. Mariawati (60) dan kakaknya, Masniah (64), tinggal bersama Slamet Riadi (59), suami Mariawati, di sebuah rumah kecil yang hampir roboh. Mereka menjalani kehidupan yang berat tanpa kepastian ekonomi.
Penghasilan Tidak Menentu Membuat Hidup Semakin Sulit
Setiap hari, Mariawati membuat sekitar 100 ketupat. Meski pekerjaan itu membutuhkan waktu dan tenaga, pendapatan yang ia terima sangat rendah. Ia hanya menerima upah Rp10.000 untuk setiap 100 ketupat. Dalam seminggu, ia hanya memperoleh Rp150 ribu hingga Rp200 ribu, dan nominal itu pun sering tidak dibayar penuh.
“Pendapatan seminggu itu perkiraan 300-an, tetapi orang itu tidak langsung membayar 300. Kadang 200, kadang 150, jadi seperti ngutang,” ungkapnya saat ditemui pada Rabu (26/11/2025). Kondisi tersebut membuat alur keuangan keluarganya semakin sulit teratur.
Kecelakaan Suami Menambah Tekanan Ekonomi Keluarga
Setelah memaparkan cara kerja dan pendapatannya, Mariawati lalu menceritakan kondisi suaminya. Slamet Riadi sebelumnya bekerja sebagai relawan pemadam kebakaran tanpa gaji tetap. Namun sebuah kecelakaan membuatnya kesulitan berjalan dan tidak lagi mampu bekerja seperti dulu.
Akibatnya, Mariawati menjadi satu-satunya sumber penghasilan keluarga. Kondisi ini semakin menekan mental dan fisiknya karena ia harus menanggung tiga orang dalam keadaan perumahan yang tidak layak.
Transisi dari produktif ke tidak mampu bekerja membuat keluarga ini kehilangan separuh kekuatan ekonomi mereka. Sejak saat itu, kehidupan semakin berat bagi ketiga penghuni rumah tersebut.
Kelaparan Dua Hari, Bukti Ketahanan Hidup di Tengah Krisis
Kesulitan ekonomi yang mereka alami tidak berhenti pada penghasilan yang rendah. Mereka sering mengalami kekurangan bahan makanan, bahkan pernah melewati dua hari tanpa makanan layak. Pada masa itu, mereka hanya minum air putih karena tidak ada bahan apa pun yang bisa dimasak.
Mariawati bercerita tentang momen yang sangat mengiris hati ketika mereka hanya memiliki seekor ikan kecil yang harus dibagi bertiga
. “Saya makan itu sampai nangis saya, karena melihat keadaan saya seperti itu,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Gas elpiji habis, minyak goreng tidak ada, telur tidak mampu dibeli, dan beras pun sering kosong. “Betul-betul kering betul kita ini. Gas tidak ada, minyak makan tidak ada, telur tidak ada, apa-apa sudah kering,” keluhnya menggambarkan kesulitan yang menekan hidupnya.
Rumah Tak Layak Huni, Setiap Hujan Menjadi Ancaman
Selain kekurangan pangan, keluarga ini tinggal di rumah yang jauh dari kata layak. Bangunan tua tanpa jendela itu tidak mampu melindungi mereka dari cuaca. Saat hujan turun, air selalu merembes masuk dan membuat lantai serta dinding basah. Malam hari, rumah tersebut dipenuhi nyamuk karena ventilasi tidak memadai.
Kondisi rumah yang selalu lembap juga berisiko menyebabkan penyakit. Namun mereka tidak memiliki pilihan lain selain bertahan. Ketika transisi cuaca ekstrem datang, kondisi mereka semakin sulit.
Rumah yang rapuh itu mencerminkan betapa beratnya hidup yang mereka jalani tanpa akses perbaikan dari program bantuan pemerintah.
Harapan Bantuan Pemerintah Menjadi Satu-Satunya Cahaya
Di tengah semua kesulitan itu, Mariawati masih menyimpan harapan besar. Ia mengingat pernyataan Presiden Prabowo Subianto tentang pentingnya bantuan sosial yang tepat sasaran. Ucapan itu memberi harapan bahwa suatu hari nanti kondisi mereka mungkin tersentuh kebijakan pemerintah.
“Saya sempat mendengar statement-nya Pak Prabowo itu harus kena sasaran. Saya seperti ini semoga mengetuk hati pemerintah,” ujarnya.
Selain kepada pemerintah pusat, Mariawati juga berharap Wali Kota Samarinda, Andi Harun, dapat memberikan bantuan modal dan memastikan program sosial tidak luput dari keluarganya.
“Harapannya untuk Pak Wali Kota Andi Harun, minta tolong bantuan, modal. Yang kedua bantuan dari pemerintah jangan sampai terlewatkan,” katanya dengan penuh rasa berharap.
Pemerintah Perlu Fokus pada Warga Rentan di Samarinda
Kisah ini menunjukkan bahwa masih banyak warga Samarinda yang hidup dalam kemiskinan ekstrem. Pemerintah perlu memperkuat pendataan, memperbaiki distribusi bantuan, dan memastikan program sosial benar-benar menjangkau warga miskin yang paling membutuhkan. Kolaborasi lintas lembaga sangat diperlukan agar keluarga seperti Mariawati tidak lagi terabaikan.
(Redaksi)