Jumat, 22 November 2024

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Apa Itu EK Draconis? Bintang Berjarak 100 Tahun Cahaya Peringatkan Masa Depan Bumi

Waspada Superflare Matahari

Senin, 13 Desember 2021 14:57

Matahari dan bumi. Apa itu EK Draconis? bintang berjarak 100 tahun cahaya peringatkan bumi, waspada superflare matahari. (Shutterstock)

IDENESIA.CO - Bintang bernama EK Draconis yang berjarak 100 tahun cahaya peringatkan masa depan bumi.

Belum lama ini peneliti antariksa dibuat terkejut, lantaran mengetahui fenomena Coronal Mass Ejection (CME) atau letusan seperti gelembung gas plasma yang luar biasa besar.

Yang belakangan diketahui CME tersebut berasal dari bintang EK Draconis.

Bintang yang 100 juta tahun lebih muda dari matahari itu memberi peringatan dan gambaran, karena hal yang sama bisa terjadi kepada matahari.

Tentunya, berdampak bagi kelangsungan hidup manusia di muka bumi.

Bumi diperingatkan untuk waspada terhadap fenomena superflare matahari.


Walikota Samarinda, Andi Harun.

Untuk diketahui, menurut astrofisikan di UC Boulder dan National Solar Observatory, EK Draconis sendiri memiliki massa yang sama dengan Matahari.

EK Draconis dan Matahari merupakan objek terbuat dari gas super panas.

Kadang-kadang, ada juga bahan yang sangat panas yang dapat terlontar ke luar angkasa yang disebut Coronal Mass Ejection.

Dan peneliti yang mempelajari EK Draconis beberapa saat lalu melihat kalau bintang ini memuntahkan gelembung gas plasma tersebut dalam ledakan bintang itu 10 kali lebih besar dari yang diamati sebelumnya.

"Temuan membantu kami meningkatkan pemahaman tentang bagaimana lontaran massa besar koronal bisa terjadi di bintang seukuran Matahari dan Matahari kita sendiri," kata Yuta Notsu, astrofisikan di UC Boulder dan National Solar Observatory.

Menurutnya suatu hari Matahari, bintang di Tata Surya kita ini bisa jadi juga menyemburkan CME atau letusan besar gas plasma, yang sama besarnya.

Sehingga penting memahami fenomena letusan besar dari bintang mirip Matahari tersebut.

Sebab, mengutip Live Science, Sabtu (11/12/2021) letusan magnetis itu jika berinteraksi dengan atmosfer Bumi akan menyebabkan berbagai dampak.

Lontaran ringan yang kita alami dapat berdampak pada Bumi seperti membuat badai geomagnetik yang dapat mengacaukan elektronik dan orbit satelit.

Jadi bayangkan jika lontaran dengan ukuran signifikan terjadi, bisa jadi akan langsung menghanguskan satelit dan melumpuhkan seluruh jaringan listrik.

Belum diketahui jelas apa yang menjadi pemicu CME besar pada EK Draconis.

Peneliti berasumsi jika peristiwa letusan bintang mirip Matahari itu diawali dengan ledakan besar radiasi elektromagnetik yang disebut superflare.

Peneliti menemukan kalau bintang muda seperti Matahari dapat mengeluarkan superflare setiap minggu.

Sementara bintang yang lebih tua seperti Matahari kita mengeluarkan superflare dalam rentang waktu yang lama yaitu 1000 tahun atau lebih.

Superflare sebenarnya tak berbahaya. Tetapi beberapa proporsi superflare diikuti oleh CME itu yang bisa menjadi berbahaya.

Mengutip Gizmodo, Sabtu (11/12/2021) tim peneliti sendiri mengamati EK Draconis selama 32 malam pada tahun 2020 dengan menggunakan satelit TESS NASA serta Teleskop SEMEI Universitas Kyoto di Jepang.

Di bulan April mereka melihat pemandangan spektakuler.

Bintang tersebut melepaskan superflare, diikuti tahap pertama CME.

Tahap yang disebut erupsi filamen itu memancarkan gas plasma dari EK Draconis dengan kecepatan sekitar 1 juta mil per jam.

Namun tim hanya mengamati fase awal lontaran tersebut.

Untuk melihat tahap selanjutnya, mereka perlu melihat EK Draconis dalam panjang gelombang yang berbeda menggunakan teleskop ultraviolet dan sinar-X.

"Kami membutuhkan lebih banyak kolaborasi dengan ilmuwan untuk memperkirakan efel yang lebih rinci pada planet," ungka Notsu.

Temuan tentang letusan besar dari bintang mirip Matahari ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Astronomy. (redaksi)

Tag berita:
IDEhabitat