IDENESIA.CO - Tantrum pada anak memang kerap dianggap hal wajar, tapi bila dibiarkan tanpa pendekatan yang tepat, bisa menjadi kebiasaan maladapt...
IDENESIA.CO - Tantrum pada anak memang kerap dianggap hal wajar, tapi bila dibiarkan tanpa pendekatan yang tepat, bisa menjadi kebiasaan maladaptif.
Terapis Okupasi RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda, Yolanda Pebria Cantikaningrum, mengingatkan pentingnya strategi pencegahan tantrum sejak dini untuk mencegah dampak jangka panjang pada tumbuh kembang anak.
“Tantrum itu bentuk komunikasi. Ketika anak tidak tahu cara menyampaikan keinginannya, ledakan emosi jadi pelampiasannya. Maka kuncinya ada pada pencegahan, bukan hanya penanganan saat terjadi,” jelas Yolanda saat ditemui di Samarinda, Sabtu (19/4/2025).
Ia menekankan bahwa pencegahan tantrum dimulai dari rumah, lewat berbagai metode sederhana namun konsisten, di antaranya:
1. Komunikasi Dua Arah Sejak Dini
Melatih anak untuk mengekspresikan keinginannya dengan kata-kata merupakan langkah awal yang krusial. Yolanda menyarankan orang tua untuk rutin mengajak anak berbicara, menyanyikan lagu bersama, atau bermain ekspresi.
“Anak belajar dari interaksi. Semakin sering diajak berkomunikasi, semakin cepat kemampuan verbalnya berkembang, sehingga tantrum bisa diminimalkan,” jelasnya.
2. Pelukan dan Sentuhan Emosional
Menurut Yolanda, sentuhan fisik seperti pelukan hangat memiliki efek menenangkan pada anak, terutama saat mereka mulai menunjukkan tanda-tanda frustrasi.
“Pelukan bisa menurunkan hormon stres pada anak. Ini penting agar mereka merasa aman dan dipahami,” tambahnya.
3. Perhatikan Asupan Gizi dan Kesehatan Pencernaan
Tantrum tak selalu dipicu oleh emosi saja. Ketidaknyamanan fisik seperti perut kembung atau lapar bisa jadi pemicu utama. Oleh karena itu, keseimbangan nutrisi dan kesehatan pencernaan anak juga perlu dijaga.
“Bakteri baik di usus berperan menjaga mood. Maka penting untuk memberi makanan bergizi dan memperhatikan pola makan anak,” kata Yolanda.
“Emosi itu bisa diajak pindah. Bukan ditekan, tapi dialihkan ke bentuk yang lebih sehat,” ujarnya.
5. Pantau Perkembangan Anak dan Jangan Ragu Konsultasi
Ia juga mengingatkan orang tua untuk tidak mengabaikan tanda-tanda keterlambatan perkembangan, seperti kurang fokus, bicara terlambat, atau sering marah tanpa sebab yang jelas. Jika gejala terus berulang, Yolanda menyarankan untuk segera berkonsultasi dengan tenaga ahli.
“Semakin cepat dideteksi, semakin mudah diintervensi. Jangan tunggu sampai anak makin sulit diajak bicara,” tegasnya.
Yolanda berharap, dengan pemahaman dan keterlibatan aktif orang tua, terutama generasi muda, tantrum bisa dicegah dan dikendalikan dengan cara yang sehat dan penuh kasih sayang.
(Redaksi)