Rabu, 4 Desember 2024

Cerita Mengerikan dari Sepasang Buaya yang Ada di Museum Kayu Tenggarong

Jumat, 20 Januari 2023 18:54

POTRET - Sepasang buaya yang dikenal sebagai "Monster Sangatta" yang ada di Museum Kayu, Tenggarong. / Foto: Istimewa

IDENESIA.CO -Sepasang Buaya yang menjadi koleksi di Museum Kayu Tenggarong, Kutai Kartanegara ini mempunyai cerita yang mengerikan sepanjang sejarah. 

Hal ini diceritakan Bapak Sofyan yang mengemban tugas sebagai Koordinator Museum Kayu

Ia menceritakan buaya tersebut berasal dari Aliran Sungai Kenyamukan di Sangatta.

"Pada Pembuka Maret 1996  buaya muara memakan korban, sepasang buaya tersebut pernah memakan orang sehingga diawetkan kemudian dijadikan koleksi, supaya masyarakat bisa berhati-hati ketika berada dialam bebas" Ucap sofyan. 

Selain itu masyarakat berbondong- bondong ke museum untuk melihat berbagai jenis kayu yang ada di Kalimantan Timur dan buaya tersebut juga menjadi wisata yang ditonjolkan kepada wisatawan yang datang.

Sofyan menceritakan seorang ibu bernama Hairani ditahun 1996, datang membawa seember pakaian kotor. Perempuan 35 tahun itu menuju pelataran kayu yang didirikan di tepi sungai kenyamukan. Di atas alas kayu tersebut, ia mulai menyikat baju. Putrinya yang masih berusia sembilan tahun turut membantu.

Kemudian pakaian yang sedang Hairani cuci tiba-tiba terlepas ke sungai.Lalu, Ia pun turun untuk mengambilnya. 

Tak berselang lama ternyata ada buaya yang sedang mengintai Hairani, Tubuh perempuan itu ditarik ke dasar sungai tepat di depan mata putrinya dan Hairani pun ditelan buaya yang langsung menghilang. 

Kabar Hairani diterkam buaya segera menyeruak di telinga masyarakat Sangatta. Setengah abad silam, ibu kota Kutai Timur ini hanyalah kecamatan di bawah Kabupaten Tingkat II Kutai.

Berita tentang Hairani semakin menyebar di luar Sangatta setelah Manuntung (kini Surat Kabar Harian Kaltim Post).

“Sejumlah petugas dari Kabupaten Kutai segera memulai pencarian. Melibatkan kepolisian, militer, pawang, serta warga setempat, pencarian berjalan kurang lebih sepekan,” terang Sofyan. 

Hal ini juga dijelaskan oleh  Sumurung Basa Silaban, yang pada saat kejadian bekerja sebagai redaktur Manuntung yang sekarang menjadi wartawan senior. 

Pencarian berjalan di bawah upaya puluhan petugas bersama sejumlah pawang. Mereka menyusuri Sungai Kenyamukan yang mengalir di utara Sangatta.

Sungai Kenyamukan terdiri dari dua anak sungai yakni Kenyamukan Kiri dan Kenyamukan Kanan.

Halaman 
Tag berita:
IDEhabitat