IDENESIA.CO - Sebuah helikopter jenis NBO-105 milik Polri dengan nomor registrasi P-1103 jatuh di perairan Manggar, Bangka Belitung. Armada ini diketahui punya rekam jejak panjang sejak Jerman era pasca-Perang Dunia II.
Dikabarkan hilang kontak, Minggu (27/11), helikopter itu berangkat dari Palangkaraya menuju Jakarta pada pukul 08.15 WIB bersama helikopter lainnya, P-1113.
Pada 14.24 WIB helikopter P-1113 mendarat di Bandara Tanjung Pandan, sementara helikopter P-1103 yang membawa empat kru masih hilang kontak.
Tim SAR kemudian menemukan sandaran kursi hingga temuan satu jasad korban yang diduga merupakan salah satu personel di dalam helikopter tersebut.
Sekitar pukul 07.58 WIB hari ini tim telah menemukan satu jenazah yang diduga kru pesawat NBO-105/1103 yakni Bripda Khoirul Anam.
"Dengan temuan itu dapat disimpulkan pesawat Heli P 1103 jatuh karena cuaca di perairan Manggar," ujar Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri Komjen Arief Sulistyanto dalam keterangannya, Senin (28/11).
Sementara, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol. Ahmad Ramadhan mengatakan Helikopter Polairud itu dalam kondisi layak terbang.
"Iya kondisi helikopter layak terbang dengan crew berjumlah empat orang," kata dia, dikutip dari Antara, Senin (28/11).
Keempat anggota tersebut adalah AKP Arif Saleh yang merupakan Capt Helikopter, Briptu Lasminto, Aipda Joko M dan Bripda Khoirul Anam .
Sebagai informasi, NBO-105 atau BO-105 merupakan helikopter ringan, serbaguna, bermesin ganda yang diproduksi oleh Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), sekarang PT Dirgantara Indonesia), di bawah lisensi dari Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB), sekarang Airbus Helicopters, sejak 1976.
Helikopter jenis NBO-105 juga sanggup melakukan manuver aerobatik berputar secara terbalik (inverted loop).
Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie) adalah yang mengupayakan supaya MBB mau memberikan lisensi pembuatan helikopter itu kepada IPTN pada 1974.
Mulanya MBB enggan memberikan lisensi, tetapi setelah dibujuk oleh Habibie akhirnya mereka bersedia. Sebab Habibie pernah bekerja di perusahaan itu antara 1965 sampai 1973.
Helikopter itu kemudian dikirim dari Hamburg, Jerman dalam bentuk terpisah kemudian dirakit di hanggar IPTN di Bandung, Jawa Barat.
Setelah mendapat lisensi itu, IPTN menambahkan kode N di depan BO-105 yang berarti Nusantara. IPTN juga membuat sejumlah versi modifikasi dari BO-105 yakni NBO-105 CBS dan NBO-105 S dengan rangka lebih panjang.
IPTN juga merakit NBO-105 versi militer yang digunakan oleh Korps Penerbangan Angkatan Darat (Penerbad) buat mendukung pasukan dalam Operasi Seroja di Timor Timur (kini Republik Demokratik Timor Leste) pada 1975 sampai 1978.
Modifikasi yang dilakukan untuk NBO-105 versi militer Penerbad adalah penambahan perangkat radio komunikasi dari helikopter ke pasukan, senapan mesin di sisi kanan dan kiri, serta penambahan lapisan baja di perut helikopter sebagai pelindung awak (armour).
Polri juga menggunakan helikopter itu sejak 1981 untuk patroli dan berbagai keperluan lain. PT Dirgantara Indonesia sudah menghentikan produksi helikopter NBO-105 sejak 2011. (Redaksi)