Minggu, 24 November 2024

Film Oppenheimer Tayang di Jepang, Warga Sipil hingga Penyintas Bom Atom Buka Suara

Sabtu, 30 Maret 2024 16:0

POTRET - Poster Film Oppenheimer./ Foto: Istimewa

IDENESIA.CO -Tayangnya film Oppenheimer di Jepang pada Jumat (29/3) membuat beberapa warga Jepang buka suara mengenai isu nuklir yang menjadi hal sesnsitif disana. 

Film tersebut tayang sekitar delapan bulan sejak perilisan global pada Juli 2023.Pemutaran pertama film pemenang Piala Oscar 2024 berlangsung di bioskop Hatchoza, Hiroshima. Bioskop itu berlokasi kurang dari satu kilometer dari pusat bom atom pertama dalam sejarah.

"Mungkin ada lebih banyak deskripsi dan gambaran mengenai kengerian senjata atom," ujar mantan Wali Kota Hiroshima, Takashi Hiraoka, yang menghadiri pemutaran film khusus awal bulan ini, dikutip dari The Guardian.

"Dari sudut pandang Hiroshima, tidak banyak yang bisa diceritakan mengenai kengerian senjata nuklir, namun saya akan mendorong orang-orang untuk datang dan menyaksikannya," kata dia.

Selain mantan Wali Kota Hiroshima, para Hibakusha alias penyintas bom atom buka suara atas perilisan Oppenheimer. Banyak dari mereka berharap film tersebut setidaknya mengakui penderitaan yang ditimbulkan.

Mereka berharap kemunculan adegan yang merepresentasikan kehancuran nyata di Hiroshima imbas Enola Gay, pesawat pembom B-29 AS, setelah menjatuhkan bom nuklir berkekuatan 15 kiloton di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 pagi.

Ledakan tersebut menewaskan antara 60 ribu-80 ribu orang dalam sekejap. Jumlah korban tewas meningkat menjadi 140 ribu pada akhir tahun.

Tiga hari kemudian, Amerika kembali menjatuhkan bom plutonium di Nagasaki yang menewaskan 74 ribu orang.

Masao Tomonaga, seorang penyintas bom atom sekaligus direktur kehormatan rumah sakit Bom Atom Palang Merah Jepang di Nagasaki, percaya bahwa Oppenheimer adalah film "anti-nuklir."

"Saya pikir kurangnya gambar penyintas bom atom dalam film ini merupakan sebuah kelemahan. Namun nyatanya, dialog-dialog Oppenheimer dalam puluhan adegan menunjukkan keterkejutannya atas realitas bom atom. Itu sudah cukup bagi saya," tutur Tomonaga.

Adapun Tomonaga menghabiskan kehidupan profesionalnya untuk mempelajari dampak kesehatan dari paparan radiasi bom atom.

Ia menambahkan, "Hibakusha semuanya sudah sangat tua, jadi ini adalah film untuk anak muda ... sekarang terserah pada generasi mendatang untuk memutuskan bagaimana caranya untuk menyingkirkan senjata nuklir dari dunia”. 

Toshiyuki Mimaki, salah satu Ketua Hidankyo atau sebuah konfederasi kelompok penyintas bom atom turut hadir di antara para penonton di Hiroshima pada Jumat lalu.


"Saya sudah menunggu adegan pemboman Hiroshima muncul, tapi ternyata tidak pernah muncul," ucap Mimaki.

"Penting untuk menunjukkan kisah lengkap, termasuk para korban, jika kita ingin memiliki masa depan tanpa senjata nuklir," jelas dia.

Kendati demikian, ada pujian untuk Nolan dan Cillian Murphy (pemeran tokoh Oppenheimer) yang krisis moralnya atas perannya dalam mengembangkan senjata yang digunakan pada masyarakat sipil tampak besar pada klimaks film tersebut.

"Saya adalah penggemar Christopher Nolan, sehingga saya punya alasan lain, beserta tempatnya, untuk datang dan melihatnya segera setelah dirilis," jelas warga Hiroshima, Mei Kawashima.

Kawashima mengaku merasa ter-trigger saat Hiroshima disunggung dalam film tersebut.

"Ini benar-benar sebuah film tentang Oppenheimer, dan cara dia bergulat dengan hati nuraninya. Jadi dalam hal ini, saya pikir adalah hal yang benar untuk tidak memperluasnya terlalu banyak untuk menunjukkan dampaknya," kata dia.

Seorang mahasiswa bernama Shogo Tachiyama mengaku dia hanya sedikit mengetahui tentang Oppenheimer.

"Kami mengetahui tentang pengeboman dan dampaknya di sekolah dasar, tapi saya tidak tahu apa-apa tentang Oppenheimer," ungkap Tachiyama.

"Saya belajar banyak dari film ini, dan itu membuat saya berpikir ulang tentang apa yang dapat saya dan generasi muda lainnya lakukan. Dimulai dari desakan bahwa senjata nuklir tidak boleh digunakan lagi," imbuh dia.

(Redaksi) 

Tag berita:
IDEhabitat