Jumat, 22 November 2024

Hindari Rokok Elektronik Penyebab Paru-Paru Bocor

Selasa, 9 Januari 2024 21:30

POTRET - Ketua PDPI dr Agus Dwi Susanto memaparkan hasil kajian klinis rokok elektronik di Indonesia secara daring, Selasa (9/1). (Foto: Publicanews/Tangkap Layar Zoom).

IDENESIA.CO -  Paru bocor bisa disebabkan rokok elektronik dan ini dapat ditangani dengan meminta pasien berhenti merokok tanpa perlu memberinya obat.

Hal ini diungkpakan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia Prof Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K), FISR, FAPSR pada media  briefing bertema "Paparan Hasil Kajian dan Studi Klinis Rokok Elektronik di Indonesia" yang digelar daring, pada selasa (9/1/2024)

Kondisi paru bocor atau pneumothoraks ini pernah dialami seorang laki-laki berusia 23 tahun di Indonesia dengan keluhan sesak napas sejak tiga hari, disertai batuk namun tidak mengalami demam, tidak berkeringat malam, tidak memiliki riwayat asma dan TB.

Agus menuturkan pasien ini merokok konvensional selama 10 tahun lalu beralih ke rokok elektronik selama 1 tahun.

"Selama 10 tahun itu dia tidak pernah bocor parunya, kemudian pindah satu tahun pakai rokok elektronik, tiba-tiba sesak, kemudian di-rontgen, paru-parunya bocor, ada airnya," kata dia.

Pada pasien ini kemudian dipasangkan selang di dada dan diminta berhenti merokok vape. Setelahnya, dia tak lagi mengalami keluhan dan kekambuhan.

"Setelah selesai dioperasi, dikeluarkan cairannya, paru-parunya bisa dikembangkan kembali, disuruh berhenti merokok vape, habis itu tidak kambuh-kambuh lagi. Penyebabnya kemungkinan besar karena vape," jelas Agus.

Paru bocor terjadi ketika udara masuk ke ruang antara dinding dada dan paru-paru yang disebut ruang pleura. Tekanan udara ini menyebabkan paru-paru mengempis dengan sendirinya.

Paru-paru mungkin kolaps seluruhnya, namun paling sering hanya sebagian saja yang kolaps dan masalah ini dapat memberi tekanan pada jantung sehingga menimbulkan gejala lebih lanjut.

Penyebab masalah ini salah satunya merokok. Sebuah studi dalam jurnal medis BMJ menunjukkan pria yang merokok berisiko 22 kali lebih tinggi mengembangkan spontaneous pneumothorax atau pneumothoraks spontan (PSP), sementara pada perokok wanita risikonya 9 kali lebih tinggi.

"Itu banyak sekali laporannya di berbagai jurnal. Harus dipasang selang, ketika parunya sudah berkembang, dicabut selangnya, pasien disuruh berhenti merokok dari vape, abis itu tidak kambuh lagi," kata Agus.

(Redaksi)

Tag berita:
IDEhabitat