Kamis, 5 Desember 2024

Kabar Internasional Terkini

Menelusuri Fakta Penemuan Fosil Kapal Nabi Nuh, Arkeolog Temukan Kayu Bahtera Berusia 4.800 Tahun

Gunung Ararat Turki atau Pegunungan Elbruz Iran

Selasa, 28 Desember 2021 20:28

Menelusuri fakta dan klaim penemuan fosil kapal Nabi Nuh, ilmuwan temukan kayu bahtera usia 4.800 tahun. (Net)

IDENESIA.CO - Penemuan fosil bahtera Nabi Nuh berkali-kali menggemparkan dunia.

Lantaran kisah Nabi Nuh tak hanya tertulis di satu kitab suci pemeluk agama.

Adalah Taurat, Alkitab, dan Al-Quran.

Ketiganya merupakan kitab suci gama besar di dunia.

Lantaran hal tersebut, penemuan arkelogi yang berkaitan dengan kapal Nabi Nuh jadi hal yang memiliki daya tarik tersendiri bagi mata dunia.

Mari telusuri fakta dan klaim penemuan fosil kapal Nabi Nuh dari beberapa ilmuwan dan arkelogi dunia.

Salah satu arkelog dunia mengklaim telah menemukan kayu bahtera usia 4.800 tahun di Gunung Ararat, Turki.

Tengok saja penemuan fosil kapal Nabi Nuh, Noah's Ark Ministries International (NAMI).

Persinya pada 25 April 2010, Yeung Wing-Cheung, salah satu dari enam anggota NAMI saat konferensi pers Hong Kong mengatakan telah menemukan sisa fosil kapal Nabi Nuh di Gunung Ararat, Provinsi Agri, sebelah timur laut Turki.

"99,9 persen yakin bahwa struktur kayu ditemukan di ketinggian 12.000 kaki (3.658 meter) dan berusia 4.800 tahun adalah Bahtera Nuh,” katanya Yeung Wing-Cheung dikutip SINDOnews dari laman livescience yang diterbitkan pada 28 April 2010.

Nama Gunung Ararat disebutkan dalam Taurat dan Alkitab sebagai tempat terakhir Bahtera Nabi Nuh berhenti setelah mengarungi banjir dahsyat selama 40 hari 40 malam.

Jadi bisa dipahami jika banyak peneliti yang tertarik menelusuri keberadaan bahtera Nabi Nuh di gunung berapi yang tertutup salju puncaknya itu.

Yeung Wing-Cheung dan tim dari NAMI bukan yang pertama mengklaim menemukan fosil kapal Nabi Nuh di Gunung Ararat.

Sebelumnya sudah ada lusinan ilmuwan dan orang yang mengklaim telah menemukan fosil kapal Nabi Nuh.

Sebelumya, 40 tahun lalu ada Violet M Cummings, seorang penulis beberapa buku tentang Bahtera Nuh, di antaranya "Bahtera Nuh: Fabel atau Fakta?"

Melalui buku dan film In Search of Noah’s Ark tahun 1976, dia mengklaim bahwa Bahtera Nuh ditemukan di Gunung Ararat, Turki.

Pada Februari 1993 CBS menayangkan acara primetime dua jam berjudul, "Penemuan Luar Biasa Bahtera Nuh."

Pada Maret 2006, ada tim peneliti menemukan formasi batuan di Gunung Ararat yang mungkin menyerupai bahtera besar, hampir tertutup es glasial.

Kemudian Juni 2006, tim arkeolog dari Bible Archaeology Search and Exploration Institute (BASE), mengklaim, menemukan formasi batuan lain yang mungkin adalah Bahtera Nuh.

Namun, lokasinya bukan di Turki, Gunung Ararat yang dimaksud Pegunungan Elburz Iran yang memiliki ketinggian 3.962 meter (13.000 kaki).

Meksipun menarik perhatian, namun klaim tersebut secara ilmiah masih dianggap secara skeptis.

Misal Yeung menolak untuk mengungkapkan lokasi penemuan fosil kapal Nabi Nuh dan malah merahasiakannya.

Kayu yang diduga berusia 5.000 tahun juga tidak tersedia untuk pengujian independen.

Ini tentu saja pada dasarnya tidak ilmiah.

Sebab, agar klaim dapat dibuktikan, bukti tersebut harus dipresentasikan kepada ilmuwan lain untuk ditinjau oleh rekan sejawat.

Apalagi secara ilmiah, agak sulit dimengerti bagaimana sebuah bahtera besar berakhir di atas gunung setinggi 3.685 meter

Laman livescience menyebut fenomena ini dengan istilah pareidolia, yaitu kecenderungan melihat wajah atau pola pada suatu benda mati.

Contoh mudah, kita pernah mengalami melihat awan yang seolah berbentuk sayap malaikat.

Dalam konteks ini, bentuk gunung Ararat ini terlihat sebagai wujud dari Bahtera Nuh.

Namun, laman daily sabah memiliki sudut pandang yang berbeda tentang di mana Bahtera Nabi Nuh berhenti.

Mengutip Al-Quran pada Surat Hud: 44 disebutkan bahwa Bahtera Nuh berhenti di gunung (bukit) Judi.

Nama gunung (bukit) Judi adalah sebuah gunung (Cudi, sekarang) di distrik Bohtan, Turki yang berbatasan dengan Irak dan Suriah.

Gunung setinggi 2.144 meter ini paling cocok untuk didarati kapal dan dekat dengan tempat tinggal Nabi Nuh.

Dikisahkan bahwa Merpati yang dikirim Nabi Nuh untuk melihat apakah banjir telah berakhir, kembali dengan membawa ranting zaitun di mulutnya.

Ini sesuai dengan lokasi kebun zaitun di barat daya Gunung (Bukit) Cudi, berbeda dengan lereng Gunung Ararat di Turki yang tingginya 5.137 meter, tidak ada pohon zaitun maupun pohon lain karena dingin tertutup salju. (redaksi)

Tag berita:
IDEhabitat