IDENESIA.CO - Kembali viral mainan anak 80an yang bernama Latto-latto, mainan tersebut digemari banyak orang, tak hanya anak-anak, tapi juga orang dewasa.
Namun, tahukah kalian sejarah berkembangnya latto-latto di Indonesia?
Faktanya, mainan anak latto-latto ini bukan berasal dari Indonesia.
Seperti diketahui, banyak masyarakat di Indonesia khususnya Sulawesi seakan 'demam' bermain latto-latto.
Permainan ini bahkan disebut sebagai mainan viral.
Permainan ini seperti dua bola yang dikaitkan pada seutas tali.
Anak-anak akan memainkannya dengan sebelah tangan yang ditarik naik ke atas.
Dari ketukan tersebut akan menghasilkan bunyi tak tok tak tok.
Bahkan ada pula yang begitu lincah bermain latto-latto.
Ketukannya yang senada membuat anak-anak begitu semangat bermain latto-latto.
Di Kota Kendari misalnya, masyarakat lebih mengenalnya dengan istilah katto-katto.
Kedua istilah ini merupakan bahasa daerah yang berarti benda menimbulkan bunyi ketukan.
Namun, tahukah anda bahwa latto-latto sudah ada sejak tahun 1960-an.
Suara permainan asal Amerika Serikat yang disebut Click Clacks atau Clackers Balls toy.
Bentuknya begitu mirip namun yang membedakan hanya bahan mainan itu sendiri.
Kalau versi Amerika Serikat mainan anak tersebut nampak menggunakan tali yang cukup tebal.
Namun, di Indonesia mainan tersebut menggunakan tali sedikit tipis.
Meski demikian, cara permainannya pun sama.
Dengan menggerak-gerakkan tangan sampai akhirnya mainan latto-latto itu bisa menimbulkan bunyi.
Bahkan jika mahir bisa membunyikan latto-latto dengan berbagai macam gaya.
Pernah Memakan Korban
Dilansir dari Wikipedia, Clackers diambil dari pasar di Amerika Serikat dan Kanada ketika laporan keluar dari anak-anak yang terluka saat bermain dengan mereka.
Cukup berat dan bergerak cepat, dan terbuat dari plastik akrilik keras, bola kadang-kadang pecah saat saling bertabrakan.
Versi Clackers yang didesain ulang menikmati kebangkitan di tahun 1990-an.
Desain baru menggunakan plastik modern yang tidak akan pecah dan dua segitiga berlawanan yang berayun bebas yang dipasang pada pegangan, dengan bola pemberat di ujungnya.
Mereka sering dijual dalam warna neon cerah sebagai mainan anak pembuat kebisingan atau bantuan pesta.
Pada 2017, bentuk asli mainan itu dihidupkan kembali di Mesir dan mendapat publisitas di kalangan anak sekolah.
(Redaksi)