Minggu, 6 Oktober 2024

Mengenal Singa Atlas yang Terkenal di Piala Dunia 2022, Spesies Langka Jadi Julukan Timnas Maroko

Rabu, 14 Desember 2022 16:9

HEWAN LIAR - Penampakan Seekor singa terlihat di Pegunungan Atlas, selama penerbangan di jalur udara Casablanca-Dakar. Foto yang diambil oleh Marcelin Flandrin pada tahun 1925 adalah rekaman visual terakhir/ Foto: hidayatullah.com

IDENESIA.CO -  Nama Singa Atlas terkenal setelah timnas Maroko lolos pada babak semi final Piala Dunia 2022 di Qatar.

Singa Atlas atau dikenal dengan Singa Berber adalah subspesies dari singa yang telah punah di alam liar.

Binatang ini diklaim punah pada abad ke-20.

Namun, Singa Atlas terakhir yang sempat terekam di alam bebas ditemukan pada 1925 di Pegunungan Atlas.

Singa Atlas yang tersisa dapat dijumpai di tempat sirkus dan kebun binatang.

Salah satu kebun binatang yang ada Singa Atlas di Rabat Zoo. Di ibu kota Maroko itu hidup sekitar 200 singa Atlas.  

“Untuk waktu yang lama, dianggap bahwa spesies tersebut telah menghilang. Tapi ternyata Sultan Mohammed V memiliki beberapa singa Atlas di taman pribadinya,” ungkap Abdul Rahim Salhi, kepala pengelola kebun binatang (03/10/2012) silam.

Kebun yang berisi binatang eksotis sultan, yang menjadi raja saat Maroko merdeka, telah dipasok oleh suku yang memburu predator gunung dan mempersembahkannya kepada penguasa mereka sebagai penghargaan dan bukti kesetiaan.
“Setelah Maroko merdeka (tahun 1956), singa Atlas dari taman kerajaan menjadi inti kebun binatang dan menjadi simbol kebanggaan,” lanjut Salhi.

Hari ini, simbolisme ini muncul di lambang raja, yang menggambarkan dua singa melindungi mahkota, dan tim sepak bola Maroko membawa nama mereka, Singa Atlas, bersama dengan harapan bangsa pecinta sepak bola.

Singa Atlas jantan dibedakan dari surainya yang panjang dan gelap, yang menjulur ke bawah punggung dan di bawah perutnya, dan dari bentuk otot dan ketangkasannya, yang diperkirakan telah berevolusi dari kehidupannya berburu dan mendaki gunung.

Singa Atlas Dianggap Unik

Singa Atlas termasuk dalam kalangan singa Afrika Utara yang dianggap unik diantara populasi singa karena morfologi dan ekologi perilaku mereka.

Berbeda dari singa lain, mereka tinggal di berbagai habitat di Maghreb, wilayah yang membentang dari Pegunungan Atlas hingga Mediterania.

Termasuk pesisir di daratan rendah, hutan, pegunungan, dan area semi-kering di tepi Sahara.

Singa Atlas mampu beradaptasi dengan iklim sedang yang memiliki musim dingin.

Mereka hidup lebih menyendiri, hal ini mungkin sebagai hasil dari lebih rendahnya populasi mangsa di habitat beriklim sedang.

Meskipun begitu, singa Atlas pernah terlihat berkelompok yang hanya terdiri dari jantan, betina dan anaknya berbeda dari singa Afrika sub-Sahara yang memiliki kawanan lebih besar.

Sejarah Singa Atlas

Singa Afrika Utara, termasuk Atlas, memiliki daya tarik khusus.

Rupa mereka telah diabadikan dalam lambang budaya periode Romawi pada abad pertengahan dan penjajahan, serta dalam identitas nasional Maroko.

Pada zaman Romawi, singa diangkut dari Kartago melintas wilayah kekaisaran untuk digunakan dalam permainan gladiator.

Kemudian selama abad pertengahan, singa menjadi bagian koleksi hewan eksotis di kebun binatang Eropa.

Pada masa itu pula singa banyak mengilhami lukisan dan patung.

Singa Afrika Utara adalah jenis singa pertama yang ditemui dan dicatat oleh peneliti kehidupan liar abad Pencerahan.

Pada tahun 1800-an dan awal 1900-an, spesies hewan dari keluarga kucing ini sering dipamerkan di kebun binatang dan diawetkan di rumah-rumah orang kaya dan museum.

Sebelum abad ke-18, singa Afrika Utara masih berkeliaran secara luas di seluruh wilayah Maghreb yang bersama dengan pesisir utara Libya, merupakan wilayah asli singa.

Pada abad ke-19, tindakan penguasa Turki yang menghargai mahal kepala singa berkontribusi pada penurunan jumlah singa yang tak terhitung jumlahnya di Afrika Utara bagian barat dan kemudian selama kontrol Prancis atas Aljazair, hadiah untuk untuk singa dilanjutkan dan banyak singa dibunuh antara tahun 1873 dan 1883.

Di Maroko, singa awalnya bernasib lebih baik sejak negara itu diperintah oleh sultan tetapi perburuan yang meluas pada abad ke-19 membuat singa Atlas terisolasi di daerah terpencil yang terpisah di Maroko, Aljazair, dan Tunisia.

Singa terakhir di Tunisia dibunuh pada tahun 1891.

Yang mengejutkan, bukti visual terakhir tentang singa Atlas di alam liar adalah foto udara tahun 1925 di Maroko dalam penerbangan Casablanca-Dakar. (redaksi)

Tag berita:
Berita terkait
IDEhabitat