Minggu, 7 Juli 2024

Mengenal Singa Atlas yang Terkenal di Piala Dunia 2022, Spesies Langka Jadi Julukan Timnas Maroko

Rabu, 14 Desember 2022 16:9

HEWAN LIAR - Penampakan Seekor singa terlihat di Pegunungan Atlas, selama penerbangan di jalur udara Casablanca-Dakar. Foto yang diambil oleh Marcelin Flandrin pada tahun 1925 adalah rekaman visual terakhir/ Foto: hidayatullah.com

IDENESIA.CO -  Nama Singa Atlas terkenal setelah timnas Maroko lolos pada babak semi final Piala Dunia 2022 di Qatar.

Singa Atlas atau dikenal dengan Singa Berber adalah subspesies dari singa yang telah punah di alam liar.

Binatang ini diklaim punah pada abad ke-20.

Namun, Singa Atlas terakhir yang sempat terekam di alam bebas ditemukan pada 1925 di Pegunungan Atlas.

Singa Atlas yang tersisa dapat dijumpai di tempat sirkus dan kebun binatang.

Salah satu kebun binatang yang ada Singa Atlas di Rabat Zoo. Di ibu kota Maroko itu hidup sekitar 200 singa Atlas.  

“Untuk waktu yang lama, dianggap bahwa spesies tersebut telah menghilang. Tapi ternyata Sultan Mohammed V memiliki beberapa singa Atlas di taman pribadinya,” ungkap Abdul Rahim Salhi, kepala pengelola kebun binatang (03/10/2012) silam.

Kebun yang berisi binatang eksotis sultan, yang menjadi raja saat Maroko merdeka, telah dipasok oleh suku yang memburu predator gunung dan mempersembahkannya kepada penguasa mereka sebagai penghargaan dan bukti kesetiaan.
“Setelah Maroko merdeka (tahun 1956), singa Atlas dari taman kerajaan menjadi inti kebun binatang dan menjadi simbol kebanggaan,” lanjut Salhi.

Hari ini, simbolisme ini muncul di lambang raja, yang menggambarkan dua singa melindungi mahkota, dan tim sepak bola Maroko membawa nama mereka, Singa Atlas, bersama dengan harapan bangsa pecinta sepak bola.

Singa Atlas jantan dibedakan dari surainya yang panjang dan gelap, yang menjulur ke bawah punggung dan di bawah perutnya, dan dari bentuk otot dan ketangkasannya, yang diperkirakan telah berevolusi dari kehidupannya berburu dan mendaki gunung.

Halaman 
Tag berita:
Berita terkait
IDEhabitat