Jumat, 22 November 2024

Asal-usul dan Sejarah

Menyibak Misteri Tanah Hitam Bercangkang Kerang di Kutai Lama, Membuka Rahasia Budaya Lampau di Kaltim

Delta Mahakam Purba yang Menggoda Pecinta Sejarah

Selasa, 28 Desember 2021 21:40

Menyibak misteri Tanah Hitam Bercangkang Kerang di Kutai Lama, Membuka Rahasia Budaya Lampau di Kaltim. (Tangkapan Layar YouTube)

IDENESIA.CO - Kutai Lama, tanah masyur dimana Kerajaan Kutai Kertanegara pernah berdiri.

Tanah dengan sejuta kisahnya yang melegenda.

Jejak kisah kolosal Kerajaan Kutai Kertanegara, masih bisa ditemukan jejaknya di Kutai Lama.

Makam-makam raja masih dijaga terawat di sana, juga ada jejak budaya terkandung dalam tanahnya, menunggu waktu untuk dikuak.

Bicara kontur alam, Kutai Lama berada pada formasi Kampung Baru.

Formasi Kampung Baru berusia relatif Miosen Akhir-Plio Pleistosen (1,8 - 5 juta tahun lalu).

Pada formasi ini, tersusun atas perselingan batu pasir dan batu lempung dengan sisipan batu lanau, serpih, dan batu bara.

Yang lebih menarik perhatian, ditemukan endapan lapisan tanah berwarna kehitaman.

Lapisan tanah itu tersebar relatif merata daratan sempadan Sungai Mahakam, lokasi Kutai Lama berada.

Fajar Alam, Fajar Alam, Chairman Ikatan Ahli Geologi Indonesia Kaltim, dalam catatannya berjudul Misteri Tanah Hitam Bercangkang Kerang di Kutai Lama (2017).

Lapisan tanah itu, merupakan endapan pasir berukuran butir halus hingga sedang, sebagai bagian dari Formasi Kampung Baru. 

Yang menarik dari sebaran endapan tanah kehitaman ini, ditemukan fragmen cangkang kerang yang relatif merata dengan ukuran rata-rata 2 cm.

Kerang ini dalam bahasa lokal kerap disebut tudai.

Cangkang kerang berukuran besar juga ditemui di beberapa kawasan.

Diameter bila masih utuh dapat mencapai 15 cm. 

Berbagai hipotesis disusun terkait keberadaan cangkang kerang di lapisan tanah kehitaman ini.

Fajar Alam (2017) mencatat, dari sudut pandang geologi, keberadaan sebaran cangkang kerang ini dimungkinkan hasil kerja alam, sebagai bagian dari endapan delta-laut dangkal di masa jutaan tahun silam.

Hal itu diperkuat berdasarkan temuan horizon tanah berwarna kehitaman pada kaki bukit menuju makan raja di Kutai Lama.

Endapan cangkang kerang masih ditemui di kedalaman lebih dari satu meter tanah.

Hipotesa itu barang kali ada benarnya.

Kutai Lama yang secara administratif berada di Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara, masih berada pada gugusan Cekungan Kutai, atau Delta Mahakam Purba.

Dari Cekungan Kutai inilah, jadi muasal daratan di wilayah timur Pulau Kalimantan.

Hanang Samodra, Peneliti Utama Badan Geologi Kementerian ESDM RI, memberikan penjelasan.

15 juta tahun yang lalu, edapan lumpur secara konstan terdorong dari dasar laut, dampak pergeseran lempeng.

Dorongan semakin kuat menuju arah Pulau Kalimantan Purba kala itu.

"Endapan ini yang kemudian menjadi Balikpapan, Samarinda, Kukar, dan mengarah ke Kutai Barat," ungkap Hanang.

Hanang bersama tim, sejak tahun 1995 mulai meneliti Delta Mahakam, khususnya Delta Mahakam Purba.

Menurut Hanang Samodre, Peneliti Utama Badan Geologi Kementerian ESDM RI, dari Cekungan Kutai inilah muasal daratan di wilayah timur Pulau Kalimantan, termasuk Kutai Lama.

Endapan laut yang terdorong inilah yang patut diguna turut serta mendorong biota laut (termasuk kerang) ke daratan.

Proses itu terjadi pada jutaan tahun silam.

Dalam pandangan kearkeologian, Muhammad Sarip, pegiat sejarah, dalam bukunya berjudul: Dari Jahitan Layar Sampai Tepian Pandan, Sejarah Tujuh Abad Kerajaan Kutai Kartanegara ( hlm 38, 2018), turut serta membahas fenomena itu.

Dalam tulisannya, Muhammad Sarip menyebut sebaran cangkang kerang dalam jumlah banyak dan tampak merata di kawasan Kutai Lama, dapat diinterpretasikan sebagai bagian dari hasil kebudayaan masa silam.

Cangkang kerang, yang kaya akan kandungan kalsium, dapat disetarakan dengan fungsi tulang sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah. 

Budaya penyuburan dengan metode itu biasa disebut tebang-arang.

Peneliti dari Center for International Forestry Research (CIFOR) dalam jurnal "Forestry" tahun 2015 menyebutkan tentang keyakinan bahwa tanah hitam di Kalimantan Timur adalah sama halnya dengan yang di Amazon.

Konsep budidaya pertaniannya dianggap sama, yakni 'tebang-arang', yakni membakar sebagian pohon dan tanaman berbatang kayu untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan penyimpanan nutrisi yang lebih tahan lama yang berasal dari berbagai sumber.

Budaya tebang-arang, masih dikenal dalam kegiatan pertanian masyarakat Kalimantan saat ini.

Hasil kebudayaan cipta karya rasa manusia juga ditemukan di lapisan tanah kehitaman Kutai Lama.

Selain cangkang kerang, terdapat juga fragmen keramik pecahan piring, gelas maupun perangkat rumah tangga lain berukuran tebal 1 cm yang tampaknya merupakan bagian dari jejak peradaban Kutai Lama di masa silam, Muhammad Sarip (2018).

Berbagai dugaan masih menyelimuti tanah kehitaman di Kutai Lama.

Perlu dilakukan penelitian mendalam membuka rahasia yang masih tersimpan rapi di sana.

Apakah merupakan bagian dari fenomena alam yang lazim ditemui untuk kawasan yang pernah menjadi bagian dari muara sungai menuju laut lepas, atau malah merupakan hasil dari produk kebudayaan di masa silam, Muhammad Sarip (2018). (Er Riyadi)

Tag berita:
IDEhabitat