IDENESIA.CO - Salah satu pertanyaan umum yang terdengar di lingkungan sejarah seni khususnya terkait Mesir Kuno adalah “Mengapa begitu banyak hidung patung-patung Mesir Kuno hilang ?”. Apakah hal tersebut hanya kebetulan atau mungkinkah sebuah konspirasi yang disengaja ?
Tenntu saja, agama juga berperan besar atas kerusakan-kerusakan tersebut, ekstremis muslim bukan hanya satu pihak yang diketahui berperan dalam kerusakan situs-situs tersebut. Di masa lalu pemeluk Kristen, Yahudi, dan banyak agama dan aliran kepercayaan lain juga turut terlibat dalam vandalisme yang telah berlangsung selama berabad-abad termasuk bertanggungjawab atas hilangnya hidung dan anggota badan patung lainnya.
Menurut beberapa peneliti, terdapat beberapa usaha oleh peneliti Kebuyadaan Mesir awal untuk menolak dan menyembunyikan bahwa Mesir Kuno merupakan sebuah budaya yang berasal dari Afrika.Menurut Vivant Deon, seorang seniman, penulis dan arkeologis Perancis yang menggambar Sphinx di Giza pada tauh 1798, gambaran wajah dari monument terkenal tersebut terlihat seperti berasal dari Afrika.
“… Walaupun ukurannya raksasa, guratannya begitu murni dan agung; ekspresi dari bagian kepala begitu lembut, menawan, dan tenang; karakternya begitu Afrika, namun bagian mulut dan bibir yang tebal memiliki pengerjaan yang lembut dan indah yang sangat menawan, patung tersebut terlihat hidup dan nyata. Ilmu seni di masa tersebut harus berada pada tingkat yang tinggi ketika patung tersebut dibuat. “
Namun, teori ini gagal untuk menjelaskan mengapa begitu banyak patung Yunani dan Romawi Kuno yang juga keilangan hidung dan anggota tubuh lainnya. Hidung-hidung pada sebagian besar patung ukiran dari masa Yunani dan Romawi Kuno saat ini juga berada pada kondisi yang tidak lengkap. Beberapa diantaranya memang rusak karena kondisi yang tidak disengaja, namun terdapat bukti yang kuat bahwa terdapat jumlah besar diantaranya yang sengaja dirusak. Hal tersebut menjadi dasar kenapa teori rasisme ini tidak dapat diterima karena sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Yunani dan Romawi Kuno berasal dari Eropa.
Tercatat di sejarah bahwa dinasti Mesir kuno di masa-masa akhirnya terkadang merusak patung peninggalan kerajaan sebeumnya dengan tujuan untuk menghapus atau mengurangi jejak peninggalan mereka. Namun dalam hal ini, perusakan terhadap hidung akan diikuti oleh kerusakan bagian patung lain yang lebih luas, yang terkadang diikuti oleh perusakan tulisan dan symbol kerajaan.
Sebagai kesimpulan, ide bahwa penghilangan hidung patung dilakukan dengan tujuan khusus untuk menyembunyikan identitas ras pembuat patung tersebut tidak dapat diterima saat ini dimana tidak ada bukti arkeologis yang solid yang mendukung teori tersebut.
(Redaksi)