Kamis, 21 November 2024

Sosok Presiden Iran Ebrahim Raisi, Ulama Garis Keras Pembela Kemanusiaan di Gaza

Senin, 20 Mei 2024 22:15

POTRET - Adapun delapan orang lainnya, termasuk Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian juga meninggal dalam insiden ini./ Foto: Istimewa

IDENESIA.CO - Presiden Iran, Ebrahim Raisi adalah ulama garis keras yang dekat dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Terpilihnya Raisi sebagai presiden pada tahun 2021 mengkonsolidasikan kontrol kaum konservatif di seluruh wilayah Republik Islam.

Lahir pada tahun 1960 di Masyhad, ia mengikuti jejak ayahnya, seorang ulama, dan mulai mengikut pendidikan agama ketika ia berusia 15 tahun.

Dia turut berdemonstrasi menentang Shah yang didukung Barat, yang digulingkan pada tahun 1979, ketika masih menjadi mahasiswa dan kemudian menjadi wakil jaksa di Teheran pada usia 25 tahun.

Pada akhir tahun 1980-an, ia duduk di pengadilan rahasia yang diyakini telah menjatuhkan hukuman mati terhadap ribuan tahanan politik dalam apa disebut sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan" menurut kelompok hak asasi manusia.

Raisi menggantikan Hassan Rouhani sebagai presiden setelah jajak pendapat yang menunjukkan banyak kandidat moderat dan reformis dilarang dan mayoritas pemilih menolaknya.

Dia mengambil alih kekuasaan ketika Iran sedang menghadapi banyak tantangan, namun masa jabatannya didominasi oleh protes anti-pemerintah serta perang yang terjadi di Gaza saat ini.

Ebrahim Raisi Meninggal Dalam Kecelakaan Helikoter 

- Presiden Iran Ebrahim Raisi meninggal dunia usai helikopternya jatuh di wilayah pegunungan Azerbaijan Timur. Kabar ini membuat dunia berduka.

Dilansir AFP, Senin (20/5/2024), kecelakaan ini terjadi pada Minggu (19/5). Media Iran menyatakan Raisi meninggal setelah helikopternya jatuh.

"Presiden Republik Islam Iran, Ayatollah Ebrahim Raisi, mengalami kecelakaan saat bertugas dan menjalankan tugasnya untuk rakyat Iran dan menjadi syahid," kata kantor berita lokal Mehr, dan outlet lainnya dalam laporannya.

Adapun delapan orang lainnya, termasuk Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian juga meninggal dalam insiden ini.

Apa reaksi dari negara-negara lain?

Rusia telah mengirimkan tim penyelamat ke Iran untuk membantu pencarian Presiden Raisi, menurut media pemerintah Rusia.

RIA Novosti melaporkan, tim tersebut terdiri dari 47 penyelamat spesialis, sejumlah kendaraan segala medan, dan sebuah helikopter.

Gedung Putih mengatakan Presiden Joe Biden telah diberi pengarahan mengenai kecelakaan itu.

Sementara petinggi Partai Demokrat di Senat AS, Chuck Schumer, mengatakan

"pada saat ini tidak ada bukti adanya pelanggaran" terkait insiden kecelakaan helikopter tersebut, namun ia akan "terus memantau situasi yang terjadi, Saat itu cuaca berkabut sangat buruk di barat laut Iran tempat helikopter itu jatuh, jadi sepertinya ini kecelakaan tapi masih diselidiki sepenuhnya,” katanya pada konferensi pers.

"Bagus sekali" adalah reaksi Michael Waltz, ketua Komite Angkatan Bersenjata DPR dari Partai Republik.

“Raisi adalah seorang pelanggar hak asasi manusia yang kejam sebelum dan selama masa kepresidenannya,” tulisnya di X.

“Jika Raisi meninggal, dunia sekarang menjadi tempat yang lebih aman dan lebih baik,” kata Rick Scott, seorang anggota Partai Republik dari Florida pada X.

“Jika dia pergi, saya benar-benar berharap rakyat Iran memiliki kesempatan untuk merebut kembali negara mereka dari para diktator yang kejam,” tambahnya.

Bagaimana reaksi dari sekutu Iran?

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menyampaikan belasungkawa kepada "sahabatnya" Presiden Raisi. Dalam pernyataan di X - dulunya Twitter - dia mengatakan telah menyaksikan "upaya Raisi untuk mencapai perdamaian" di Iran dan wilayah yang lebih luas.

Penjabat perdana menteri Afghanistan, Mullah Mohammad Hassan Akhund menyatakan turut merasakan "kesedihan yang dirasakan Republik Islam Iran dan rakyatnya."

Setelah Hamas, pemiimpin Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas juga menyampaikan

"belasungkawa dan simpati yang tulus kepada persaudaraan rakyat Iran".

Emir Sheikh Tamim bin Hamad a Thani, salah satu dari sedikit sekutu Iran di Teluk, Qatar, menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Iran.

Negara tetangga, Irak juga menyatakan "solidaritasnya terhadap persaudaraan rakyat Iran".

Dari sekutu yang jauh, Presiden Venezuela, Nicolas Maduro menulis di X, bahwa ia sangat sedih "harus mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang patut dicontoh, pemimpin dunia yang luar biasa".

Apa yang terjadi selanjutnya?

Konstitusi Iran mempunyai solusi yang jelas jika seorang presiden tidak mampu menjalankan tugasnya karena sakit, meninggal, atau dimakzulkan dan diberhentikan oleh parlemen.

Badan ini menugaskan wakil presiden – dalam hal ini, Mohammad Mokhber – untuk menjalankan urusan negara dan bersama-sama dengan ketua parlemen dan lembaga peradilan mengawasi pemilihan presiden baru dalam waktu maksimal 50 hari.

Dalam keterangan terbaru, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei melalui akun X, mengkonfirmasi bahwa Mohammad Mokhber menggantikan Ebrahim Raisi sebagai kepala negara sementara waktu.

Ia mengatakan, Mokhber akan bekerja sama dengan lembaga lain - di legislatif dan yudikatif - dalam memfasilitasi pemilihan presiden baru dalam 50 hari ke dep

Dengan adanya konfirmasi ini, rezim di Iran akan mengambil tindakan untuk menyelenggarakan pemilihan presiden baru – pemilu yang kemungkinan besar tidak akan menarik lebih banyak perhatian masyarakat dibandingkan pemilu sebelumnya.

Terakhir kali, semua penantang serius Raisi dilarang mencalonkan diri, sehingga membuka jalan baginya untuk menjabat dengan jumlah pemilih terendah (sekitar 30% dari pemilih yang memenuhi syarat), sementara mayoritas pemilih memboikot apa yang mereka lihat sebagai pemilu yang tidak jujur.

(Redaksi) 

Tag berita:
IDEhabitat