IDENESIA.CO - Keputusan Indonesia untuk bergabung sebagai anggota penuh dalam kelompok negara-negara BRICS yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, menimbulkan berbagai spekulasi terkait sikap Amerika Serikat (AS).
Beberapa pihak mengkhawatirkan bahwa langkah ini akan memicu kebijakan yang kurang menguntungkan bagi Indonesia dari AS. Namun, hal ini tampaknya tidak menjadi perhatian utama bagi pemerintah Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa AS sudah memahami keputusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS
. "Amerika kalau marah tidak marah itu relatif. Tetapi kalau dengan yang hari ini itu sudah paham," ujar Airlangga dalam BNI Investor Daily Roundtable yang diselenggarakan di Hotel Mulia, Jakarta pada Selasa (15/1/2025).
Lebih lanjut, Airlangga menegaskan bahwa AS bahkan menunjukkan dukungannya terhadap Indonesia dalam upaya untuk menjadi anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
Hal ini tercermin dalam pernyataan resmi dari Gedung Putih setelah kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Washington DC beberapa waktu lalu.
“Dalam pertemuan itu, sudah jelas bahwa AS mendukung proses Indonesia untuk menjadi anggota OECD,” tambah Airlangga.
Sementara itu, Indonesia sudah memiliki berbagai kerja sama internasional dengan AS, terutama di bidang ekonomi. Dengan bergabungnya Indonesia dalam BRICS, negara ini berpotensi memperluas kerja sama dan perdagangan dengan negara-negara anggota BRICS lainnya.
"Dengan keanggotaan ini, kita secara strategis bisa lebih memanfaatkan kekuatan dari India, Brasil, Rusia, dan negara lainnya, terutama untuk benchmark," jelas Airlangga
Misalnya, Indonesia dapat memperkuat hubungan dengan Brasil yang memiliki keunggulan di sektor perkebunan dan energi. Brasil, yang memiliki keunggulan dalam produksi tebu untuk gula dan etanol, bisa menjalin kerja sama lebih erat dengan Indonesia, yang unggul dalam produksi kelapa sawit.
Di sisi lain, Rusia yang memiliki potensi besar dalam sektor energi juga menawarkan peluang kerja sama yang menjanjikan. "Dengan Rusia punya potensi ke depan, dia punya resources energi," ujarnya.
Selain peluang kerja sama, keanggotaan dalam BRICS juga memberikan Indonesia potensi besar dalam perdagangan internasional. Indonesia selama ini tercatat memiliki surplus perdagangan dengan anggota BRICS, yang semakin membuka potensi ekonomi dan peluang baru bagi negara ini.
Dengan strategi yang matang dan pemanfaatan keanggotaan BRICS, Indonesia diharapkan dapat memperkuat posisi ekonomi globalnya dan semakin meningkatkan daya saing di berbagai sektor.
(Redaksi)