Minyak makan merah tidak melalui proses penyulingan atau pemutihan yang menyebabkan warnanya tetap merah tua.
Sebaliknya, minyak goreng sawit biasa telah melalui proses pemutihan atau bleaching. Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), minyak makan merah masih mengandung senyawa fitonutrien seperti karoten, tokoferol, tokotrienol, dan squalene.
Minyak makan merah juga memiliki kandungan protein yang tinggi serta vitamin A dan E. Berkat kandungan tersebut, pemerintah mengklaim minyak makan makan merah berpotensi sebagai pangan fungsional yang kaya akan nutrisi.
Minyak makan merah juga menjadi salah satu cara untuk mencegah stunting dan mendukung perkembangan otak pada anak-anak. Pemerintah menggadang-gadang harga minyak makan merah akan lebih murah dibandingkan minyak goreng biasa.
Harga minyak bisa lebih murah sebab petani kelapa sawit dapat mengolah hasil panennya sendiri tanpa harus memasok ke pabrik minyak sawit.
Perbedaan Minyak Makan Merah dan Minyak Goreng Biasa Minyak makan merah dan minyak goreng biasa sama-sama berbahan dasar kelapa wasit. Namun, keduanya memiliki sejumlah perbedaan yang mendasar.
Dilansir dari situs Organic Trade and Investments (OTI), berikut ini perbedaan minyak merah dan minyak goreng biasa:
1. Proses pembuatan
Pembuatan minyak makan merah melibatkan ektrsaksi dari buah pohon kelapa sawit tanpa proses pemurnian lanjutan. Sementara itu, minyak goreng biasa melalui proses pemurnian lanjutan, termasuk pengolahan kimia atau alkali dan/atau pengolahan fisik.