Minggu, 6 Oktober 2024

Budaya Dunia

Menelusuri Kekayaan VOC yang Belum Terkalahkan Meski Google, Apple dan Facebook Bergabung

Nilai Saham VOC Capai 7,9 Triliun Dollar Amerika

Kamis, 16 Desember 2021 2:9

Galangan kapal Perusahaan Hindia Timur Belanda di Amsterdam, sekitar tahun 1750. (Wikipedia/ Joseph Mulder)

IDENESIA.CO - Masyarakat Indonesia pada zaman kolonial akrab sekali dengan kata VOC alias Vereenigde Oostindische Compagnie.

Sebuah perusahaan dagang Belanda tersebut menginjakkan kaki di Nusantara beratus tahun lalu.

Penguasaan hasil bumi nusantara hingga perbudakan yang dilakukan VOC menjadi pelajaran penting perjalanan bangsa Indonesia, sebelum pra kemerdekaan.

Harus diakui, kongsi dagang milik Kerajaan Hindia-Belanda itu memiliki kekayaan di luar nalar pada masanya.

Perusahaan modern seperti Google, Apple dan Facebook bila bergabung, belum mampu menandingi kekayaan VOC pada masa lalu.

Untuk diketahui VOC, lebih dikenal sebagai perusahaan Hindia-Belanda yang didirikan pada tahun 1602.

Ia didirikan sebagai perusahaan dagang swasta yang diberikan hak istimewa memonopoli perdagangan selama dua dekade oleh pemerintah pusat Belanda.

Khususnya dalam perdagangan rempah-rempah di kawasan Hindia Belanda.

David E. Y. Sarna dalam bukunya berjudul History of Greed: Financial Fraud from Tulip Mania to Bernie Madoff, terbitan 2010, menjelaskan tentang kepemilikan VOC sebagai kongsi dagang terkaya di dunia.

"Pada 1669, VOC menjadi perusahaan swasta terkaya yang pernah ada di dunia, dengan kepemilikan lebih dari 150 kapal dagang, 40 kapal perang, 50.000 karyawan, 10.000 tentara swasta, dan pembayaran dividen 40% dari investasi awal" tulisnya.

Bobby Salomos menjelaskan bahwa saham dan kekayaan VOC tak tertandingi, bahkan sampai hari ini. Sebagaimana artikel yang ia tulis dengan judul The Dutch East India Company was richer than Apple, Google and Facebook combined, di tahun 2021.

"Jika Anda merasa pekerjaan Anda hari ini berat, cobalah menjadi pekerja geladak dalam satu setengah tahun perjalanan pulang pergi VOC atau, lebih buruk lagi, seorang budak yang tinggal di perut kapal yang gelap" tulis Bobby Salomos.

"VOC memiliki nilai saham perusahaan sebesar 78 juta gulden Belanda, itu merupakan nominal yang sangat besar, serta keberhasilan bisnis yang cukup solid bahkan hingga hari ini" tulisnya.

"Nilai tersebut hari ini diperkirakan senilai US$7,9 triliun" tambahnya. Tentu kekayaan VOC sangat besar apabila dikonversi ke rupiah, nilainya mencapai Rp.112.640.175.000.000.000, nilai yang fantastis.

Satu perusahaan dagang VOC, kekayaannya setara dengan gabungan beberapa perusahaan modern.

"Pada puncaknya, saham VOC bernilai setara dengan gabungan Apple, Microsoft, Amazon, ExxonMobil, Berkshire Hathaway, Tencent, dan Wells Fargo, dengan total 7,9 Triliun US Dollar" tulis Salomos.

Artinya, perusahaan paling berharga di dunia, Apple, hanya bernilai sekitar 11% dari saham yang dimiliki VOC.

Meskipun membawa kemakmuran bagi para kompeni (Belanda), mereka juga membawa penderitaan yang mengerikan bagi banyak orang (utamanya negara jajahannya).

Selama kurang lebih dua abad, VOC melakukan apa saja untuk memastikan asetnya terlindungi dan keuntungan yang di dapat tetap tinggi.

VOC telah mengirim lebih dari satu juta pelayar ke seluruh Asia, dan merupakan yang terbanyak daripada gabungan penjajah di seluruh Eropa.

Hal kejam yang mereka lakukan diantaranya adalah perdagangan budak, penindasan kolonial, dan perlakuan buruk yang tidak masuk akal terhadap karyawan.

Belanda membawa 400.000 para buruh kontrak dan budak di antaranya ke Suriname, 16.000 ke Essequibo, 15.000 ke Berbice, 11.000 ke Demerary, 25.000 ke Recife dan 100.000 ke koloni Spanyol melalui Curacao.

"Mereka (para budak dan buruh) bekerja dengan keras dan hasil panennya kemudian diambil oleh Kerajaan Belanda dan VOC" tulis Jordy Steijn, dalam artikelnya yang berjudul Dutch Slavery: Our Dark Past, yang ia tulis pada 2013 silam. (redaksi)

Tag berita:
IDEhabitat