Minggu, 6 Oktober 2024

Sejarah Indonesia

Menelusuri Tugu Pembantaian Loa Kulu, Tengok Ganasnya Jepang Buang 148 Penduduk ke Dalam Lubang Tambang di Kaltim

Jejak Perang Pasifik di Kutai Kartanegara

Selasa, 18 Januari 2022 19:18

Menelusuri tugu pembantaian di Loa Kulu, ganasnya Jepang buang 148 penduduk ke dalam lubang tambang di Kalimantan Timur. (Ilustrasi/Andre/Idenesia)

IDENESIA.CO - Tidak hanya warga lokal, Belanda turut merasakan keganasan Jepang kala perang dunia kedua.

Antara tahun 1942 hingga 1945, Jepang berambisi memenangkan Perang Pasifik.

Kaltim salah satu medan perang Jepang menghadapi pihak sekutu.

Keganasan tentara Jepang, meledak di Loa Kulu, Kutai Kartanegara.

Juli tahun 1945, pembantaian terjadi di Loa Kulu, menyasar pihak Belanda.

Jepang juga menyasar para pekerja tambang milik Belanda, Oost Borneo Maatschappij NV.

Selain itu tahanan perang dari pegawai negeri Belanda di Samarinda turut mengalami nasib yang sama.

Tangan kejam Jepang diketahui menewaskan 148 pria, wanita, dan anak-anak.

Mereka dibuang ke dalam lubang tambang di Loa Kulu, setelah sebagian dipenggal kepalanya dan sebagian lagi dibuang hidup-hidup ke lubang sedalam 90 meter.

Mengenang kejahatan perang itu, sebuah monumen didirikan di lokasi kejadian.

Saat ini tugu tersebut dikenal dengan nama Tugu Pembantaian Loa Kulu.

Diresmikan pada 13 Juli 1946, oleh pemerintah Belanda.

Menurut catatan sejarah Fajar Alam, monumen itu terletak di suatu bukit kawasan Loh Sumber, Loa Kulu.

Lokasinya masih berada di area tambang batu bara Oost Borneo Maatschappij NV di Loa Kulu (12 kilometer dari Tenggarong).

"Sebuah monumen sederhana diresmikan di kuburan massal 148 korban penduduk pria, wanita, dan anak-anak yang dibunuh di sini oleh Jepang pada Juli 1945," tulis Fajar Alam, seorang pegiat sejarah dalam catatannya di tahun 2020.

Lanjut catatan sejarah oleh Fajar Alam, Tugu Pembantaian Loa Kuli kala itu (Juli 1946) dihadiri oleh de Kap. v.s.d. J. A. Welleman, Kepala Pemerintah Daerah Samarinda, F.P. Heckman, selaku Asisten Residen, G. Geerlings, selaku Sekretaris Residen.

Warga penduduk lokal juga ikut hadir, pihak Kesultanan Kutai Kertanegara Ing Martapura, diwakili Putra Mahkota A. P. Adi Pati Peraboe Anoem Soeria Adi Ningrat.

Pada peresmian itu pula, JO van Gruisen, Pemimpin Perusahan Petambangan Batu Bara Oost-Borneo Maatschappij NV, memberikan pidato dalam bahasa Belanda dan melayu.

"Kami tujukan kepada gubernur di daerah ini, Dr. Haga yang dibunuh dengan memalukan, kepada pegawai negeri Belanda di Samarinda yang bernasib sama hanya karena mereka terus menjalankan tugasnya," dikutip dari

Setelah monumen diresmikan, keluarga korban meletakkan bunga di kuburan dan doa.

Kemudian, masyarakat Kalimantan Timur yang hadir, larut dalam suasana pidato yang mengharukan,

"memperingati korban tangan kejam Nippon, oleh sambutan dari Putra Mahkota Kutai dengan kata-kata yang dipilih dengan baik," isi pidato JO van Gruisen.

Setelah monumen diresmikan, pihak keluarga korban melakukan tabur bunga dan melakukan panjatan doa di kuburan massal korban kengerian tentara Nippon. (Er Riyadi)

Tag berita:
IDEhabitat