Minggu, 7 Juli 2024

Mengenal Budaya La Sape asal Kongo, Rela Fashionable walaupun Kantong Dompet Tipis

Sabtu, 13 April 2024 21:0

POTRET - Budaya La Sape./ Foto: Istimewa

IDENESIA.CO - Ada masyarakat yang rela hidup susah asal bisa tampil fashionable, keunikan budaya ini terjadi di Republik Kongo yang biasa di sebut La Sape

Dari mana asal-usul La Sape?

La Sape adalah singkatan dari Société des ambianceurs et des personnes elegantes atau Society of Atmosphere-setters and Elegant People.

Asal-usul La Sape diyakini bermula di awal abad ke-20 di masa penjajahan Belgia-Prancis di mana budak Kongo bekerja untuk mendapatkan pakaian bekas.

Di luar jam kerja, para pria Kongo mulai berpakaian seperti "pria Prancis" yang fashionable, ditandai dengan pakaian warna-warni, sepatu mewah, aksesoris seperti topi bowler, tongkat, dan kacamata hitam. Mengenakan pakaian seperti itu, mereka merasa keren dan mendapatkan energi serta kegembiraan.

Orang-orang ini disebut sapeurs ( atau sapeuses bagi perempuan). Pada saat itu, La Sape adalah bentuk eskpresi sosial dari orang-orang yang pernah dijajah. Sapeurs menggunakan gerakan ini sebagai pelarian dari kesengsaraan mereka, yang kemudian menjadi inspirasi bagi komunitas lain.

Namun, mengutip Al Jazeera, saat ini La Sape adalah ideologi gerakan tentang menjadi bahagia dan elegan bahkan jika seseorang sebenarnya kekurangan makan. 

Namun, La Sape lebih dari sebuah subkultur. Ini adalah bagian penting dari budaya Kongo. Bahkan, para politisi dan musisi menghormati gerakan ini.

"Bagi saya, La Sape hanyalah tentang kebersihan: Saya merasa nyaman dengan setelan Ozwald Boateng saya, jadi saya memakainya," kata Aime Champaigne, salah satu pengikut gerakan La Sape.

Bahkan jika itu berarti harus mengorbankan makanan, para anggota Lasape tak segan untuk memilih fashion di atas kebutuhan dasar.

Bagi mereka, pakaian mewah adalah cara terbaik untuk mengekspresikan diri, meski kantong kosong. Mereka yang tidak memiliki cukup uang untuk membeli pakaian, sering kali memilih untuk meminjam dari jasa peminjaman baju.

Lasape menegaskan bahwa meski kehidupan mereka mungkin di bawah garis kemiskinan, mereka tetap memiliki harga diri yang tinggi dan menunjukkan bahwa fashion adalah kebutuhan utama bagi mereka.

Namun demikian, orang Kongo yang skeptis tentang La Sape mendefinisikan gerakan ini sebagai obsesi - kecanduan yang tidak dapat dihentikan bahkan jika Anda merasa itu salah.

(Redaksi) 

Tag berita:
IDEhabitat