IDENESIA.CO - Mengenal Krastoelang obat tradisional asal Cirebon yang pernah jadi primadona Eropa di Era Kolonial Belanda.
Tanaman liar yang jadi bahan dasar obat tradisional asal Cirebon dipercaya dapat menyembuhkan penyakit kelamin.
Penjualan Krastoelang tak hanya masif di tanah air, namun juga meluas hingga ke daratan Eropa.
Permintaan tinggi dari masyarakat Eropa, membuat produksi obat-obatan tradisional asal Cirebon itu meningkat drastis.
Menurut Thomas Horsfield, seorang dokter berkebangsaan Amerika, menyebut bahwa keinginan Eropa dalam penggunaan tanaman krastoelang tidak terlepas dari khasiatnya.
Ia dipercaya dapat menyembuhkan penyakit kelamin yang sudah bertahun-tahun menjadi momok di Eropa.
Meski sempat ramai dan menggemparkan dunia internasional karena khasiatnya, krastoelang dan tanaman herbal lainnya yang diproduksi dari Hindia-Belanda, mulai mengalami penurunan permintaan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia kedokteran juga semakin melemahkan pasar tanaman obat dari Hindia-Belanda.
Carl Ludwig Blume menulis laporan dalam Bijdragen tot de flora van Nederlandsch Indië, di tahun 1825, menyebutkan tentang fenomena ramainya pasar tradisional di Cirebon.
Ia merupakan botaniwan Jerman-Belanda.
Kadang-kadang namanya ditulis dengan versi Belanda, yaitu Karel Lodewijk Blume.
Ia menyebut kondisi yang ia jumpai saat melintasi sebuah pasar tradisional di Cirebon.
"Blume mencatat tentang temuannya, bahwa penduduk lokal telah banyak menggunakan tanaman herbal sebagai bagian dari pengobatan (tardisional) sejak awal abad ke-19," tulis Megawati, Mutiara Khaerun Nisa, dan Muhammad Arsyad.
Mereka menulis buku berjudul Aneka Tanaman Berkhasiat Obat yang diterbitkan oleh Guepedia pada tahun 2021.
Diduga adanya tanaman yang mereka sebut dengan tanaman Krastoelang.
"Tumbuhan yang dimaksud adalah krastoelang (chloranthus officinalis)—tumbuhan liar yang menurutnya banyak ditemui di pulau Jawa," tambahnya.
Masyarakat berdatangan untuk membeli tanaman tersebut.
Laporan Blume tersebut lantas sampai hingga ke pemerintah kolonial.
Blume yang juga merupakan pejabat Dinas Kesehatan Hindia-Belanda, telah menulis kepada Residen Cheribon (sekarang Cirebon).
Blume yang saat itu merangkap sebagai Direktur Kebun Raya Bogor (menggantikan Caspar Rainwardt), telah melakukan kajian mendalam terhadap jenis-jenis tumbuhan di Nusantara, serta kegunaannya sebagai pengobatan herbal yang diyakini oleh penduduk lokal.
Krastoelang telah lama diedarkan di pasar-pasar tradisional di Cirebon.
Masyarakat telah meyakini beragam khasiat yang didapat dari tanaman Krastoelang itu sendiri.
Penjualannya telah masif bahkan jauh sebelum abad ke-19, saat Blume pertama kali menemukannya.
Sebagaimana diketahui oleh Blume, Indonesia memiliki beragam tumbuhan obat yang memiliki banyak khasiat.
"Sebanyak 1.300 spesies tanaman obat hidup di hutan-hutan Indonesia," tulis Roosita.
Katrin Roosita bersama tim telah mengemukakan tanaman yang berpotensi sebagai pengobatan tradisional yang dimuat dalam jurnal Media Gizi & Keluarga.
Jurnalnya berjudul Penggunaan Tanaman Obat oleh Pengobat Tradisional di Desa Sukajadi Wilayah Hutan Wisata Curug Nangka, Bogor. Tulisannya dipublikasi pada tahun 2006.
"Umumnya masyarakat telah memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk mengolah tanaman obat," tambahnya.
Seperti masyarakat di wilayah Cirebon dan beberapa daerah Jawa Barat, telah mahir dalam mengolah Krastoelang agar berkhasiat sebagai obat tradisional.
Mengetahui kekayaan fungsi dan khasiatnya, orang-orang Belanda akhirnya turut berburu Krastoelang.
Mereka mulai menjajakannya hingga ke pasar internasional, utamanya Eropa yang banyak meminatinya.
Menurut Thomas Horsfield, seorang dokter berkebangsaan Amerika, menyebut bahwa keinginan Eropa dalam penggunaan tanaman krastoelang tidak terlepas dari khasiatnya.
Ia dipercaya dapat menyembuhkan penyakit kelamin yang sudah bertahun-tahun menjadi momok di Eropa.
Pasar-pasar tradisional di Cirebon dan daerah lainnya di Jawa, menjadi sasaran ekspansi orang-orang Eropa, untuk mendapatkan sejumlah tanaman herbal, khususnya krastoelang.
Itu juga terjadi, lantaran obat-obatan di Eropa yang semakin hilang kemanjurannya.
Selain sebagai urusan medis atau pengobatan, Eropa juga telah memikirkan nilai ekonomis dari penjualan krastoelang ke pasar Eropa maupun dunia.
Belanda yang telah memiliki jaringan dagang, akan lebih mudah memasarkan komoditas tanaman herbal ke pasar dunia.
Meski sempat ramai dan menggemparkan dunia internasional karena khasiatnya, krastoelang dan tanaman herbal lainnya yang diproduksi dari Hindia-Belanda, mulai mengalami penurunan permintaan.
Memasuki abad ke-20, temuan obat-obatan modern yang lebih canggih dan berkhasiat lebih, agaknya lebih diminati dibandingkan dengan tanaman tradisional yang harganya juga lebih mahal karena adanya beban biaya ekspor atau impor.
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia kedokteran juga semakin melemahkan pasar tanaman obat dari Hindia-Belanda.
Orang-orang Eropa menjadi semakin mengerti untuk mengatasi penyakit dengan cara yang lebih praktis dan modern. (redaksi)