Jumat, 22 November 2024

Mengenal Virus ASF yang Menyerang Ribuan Babi Ternak

Sabtu, 13 Mei 2023 21:0

ILUSTRASI - Babi terpapar virus AFS. / Foto: Istimewaa

IDENESIA.CO - African Swine Fever (ASF) merupakan penyakit pada babi yang disebabkan oleh virus ASF (ASFV) dari famili Asfarviridae.

Penyakit ini menimbulkan berbagai pendarahan organ internal pada babi domestik maupun babi hutan. ASF sangat menular dengan angka kematian yang sangat tinggi. Belum ada vaksin atau pengobatan efektif untuk penyakit ini.

Babi yang sembuh dari infeksi akan bertindak sebagai carrier (agen pembawa virus) dalam darah dan jaringan tubuhnya. ASFV sangat tahan terhadap perubahan lingkungan, stabil pada pH 4-13 dan dapat bertahan hidup dalam darah (18 bulan), daging dingin (15 minggu) dan daging beku (selama beberapa tahun) serta dapat bertahan hingga 1 bulan dalam kandang babi.

ASFV dapat menyerang babi dari semua ras dan semua umur, walau babi domestik (peliharaan) menjadi jenis yang paling peka terhadap penyakit ASF.

Penyebaran dan penularan ASF dapat terjadi secara langsung (melalui kontak fisik dengan babi yang terinfeksi ASF) maupun secara tidak langsung.

Penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui saluran pencernaan (konsumsi sampah sisa makanan dan bangkai), melalui urin, lendir dan feses, melalui darah (bekas luka pertarungan), melalui gigitan caplak lunak  Ornithodoros (O. erraticus dan O. moubata) ataupun melalui kontak dengan benda yang tercemar ASFV (pakaian, sepatu, kendaraan, alat peternakan, kandang dan lainnya).

Penularan virus dari babi liar ke babi domestik atau sebaliknya dimungkinkan terjadi melalui sisa pembuangan bangkai, sisa makanan tercemar ASFV, dibawa oleh caplak lunak maupun melalui interaksi pemburu di hutan dengan peternakan babi domestik.

Jalur penularan lain dapat dimungkinkan apalagi karena keduanya memiliki karakter dan ruang hidup yang hampir sama (utamanya pada babi domestik yang tidak dikandangkan).

Caplak lunak pada babi liar atau babi hutan memegang peran penting dalam penularan virus ini (reservior dan vektor biologi ASFV) utamanya melalui liang pada peternakan maupun dibawa ke desa melalui babi hutan buruan.

Gejala pada babi yang terinfeksi ASF antara lain demam tinggi, kehilangan nafsu makan, depresi, muntah, diare, abortus (keguguran), radang sendi, pendarahan pada kulut dan organ dalam serta perubahan warna kulit menjadi ungu.

Terkadang kematian dapat terjadi bahkan sebelum gejala-gejala ini muncul.

Jenis babi hutan (Phacochoerus africanus dan P. aethiopicus), babi semak (Potamochoerus porcus dan P. larvatus), dan babi hutan raksasa (Hylochoerus meinertzhagen) kebanyakan tidak menunjukan gejala klinis saat terinfeksi, namun beberapa jenis babi di atas cenderung lebih berperan sebagai reservoir virus.

Penyakit ASF tidak berbahaya bagi manusia karena bersifat non-zoonosis (tidak menular kepada manusia).

Walau demikian, ancaman kematian babi akibat penularan virus ini mencapai 100%.

Halaman 
Tag berita:
IDEhabitat