Jumat, 5 Juli 2024

Profil Mantan Menteri Pertambangan Kuntoro Mangkusubroto Tutup Usia, Pernah Pulihkan Kawasan Aceh dan Nias Pasca Tsunami Tahun 2004

Minggu, 17 Desember 2023 16:10

POTRET - Kuntoro Mangkusubroto. / Foto: Istimewa

Jadi bukan hanya berbusa-busa bicara konsep yang mengawang-awang tanpa tahu detail aksi atau hanya berkutat dengan operasional tanpa kejelasan mau kemana organisasi ini akan dikelola. Lebih dari itu, Kun adalah excellent konseptor dan eksekutor.

Dalam sepak bola ia selalu mengambil posisi sebagai penjaga gawang TI ITB yang andal. Jika bisa disamakan, mungkin seperti Rene Higuita, penjaga gawang eksentrik dari Kolombia yg berani menahan tendangan dengan menggunakan kalajengking kick, tendangan sambil salto, yang tepat mengenai telapak kakinya.

Rene Higuita yang solid yang suka maju menyerang dan menghasilkan gol, dipadu dengan Franz Beckenbauer sebagai libero yang stylish, Andrea Pirlo sebagai pengatur serangan sekaligus dituntaskan oleh Johan Cruyff, dengan akurasi tembakan yang flamboyan dan mematikan. Paket komplit dimiliki beliau sebagai seorang pakar, akademisi, dan praktisi dalam satu jiwa.

Selain itu hal non teknis yang kukagumi dari Kun yakni sikap energiknya yang luar biasa. Jika diibaratkan baterai kun adalah energizer yang tidak perlu di-charge ulang.

Dalam sebuah rapat penting, Prof Kuntoro dan Prof. Matthias Aroef tak pernah terlihat mengantuk atau menguap sekalipun, walau telah begadang di hari sebelumnya. Tetap segar dan memberikan sumbangan buah pikiran yang jernih walau kadang kontroversial dan eksplosif tak jarang out of the box.

Perjalanan kariernya terbilang mulus dan sesuai dengan ekspektasinya, menjadi dosen TI ITB, Direktur Utama PT Bukit Asam, Direktur Utama PT. Timah, Direktur Utama PLN, Ketua Revitalisasi Aceh yang porak poranda karena bencana tsunami 9,3 skala skala richter pada 26 Desember 2004, gempa ke 5 terbesar di dunia, yang menelan korban 230.000 an jiwa meninggal dunia di Aceh.

Gelombang tsunami yang terjadi di pesisir Aceh saat itu diperkirakan mencapai ketinggian 30 meter dengan kecepatan mencapai 100 meter per detik atau sekitar 360 kilometer per jamnya.

Tak hanya di Aceh, Indonesia, total ada sebanyak 15 negara terdampak oleh bencana tsunami di akhir 2004 itu.

Kelima belas negara itu adalah Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand, Somalia, Myanmar, Maladewa, Malaysia, Tanzania, Seychelles, Bangladesh, Afrika Selatan, Yaman, Kenya, dan Madagaskar.

Indonesia adalah negara yang dampaknya paling parah selain Sri Lanka, Thailand, dan India. Yang tertinggal adalah puing reruntuhan tak berbentuk dan tak tertandai wilayahnya, sehingga harus Kun harus memimpin upaya mengembalikan segalanya mulai dari nol, tak ada orang, tak ada batas wilayah.

Ia juga mengakomodasikan bantuan dari berbagai negara dengan tingkat kesuksesan tertinggi di dunia dalam pemulihan bencana alam dan penggunaan uang bantuan tanpa catatan kelam yang sering menyertai dana bantuan yang diberikan.

Kun pernah menjadi Menteri Pertambangan dan Energi serta menjadi ketua badan monitoring kementerian seluruh Indonesia atau Kepala Unit Pengelolaan dan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan Presiden (UKP-PPP) pada 2009-2014, sebuah jabatan menteri di Kabinet Indonesia Bersatu II yang ditugaskan untuk menjadi mata, telinga, dan tangan Presiden.

Mendirikan SBM ITB

Bersama dengan 9 dosen ITB yang lain, Prof Kuntoro, dengan Prof. Surna Tjahja Djajadiningrat, Ir. Arson Aliludin, DEA, Ir Nurhajati, MSc, Prof. Jann Hidajat, Ir. Budi Permadi, MP, Prof. Sudarso, Prof. Dermawan Wibisono, Prof. Utomo Sarjono Putro, Prof. Aurik Gustomo, menjadi pendiri Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB atas penugasan rektor ITB yang visioner, dan Dr. Kusmayanto Kadiman pada 31 Desember 2003.

Pendirian sekolah bisnis di lingkungan Institut Teknologi tertua di Indonesia, tak urung menimbulkan polemik keras dari para senior waktu itu.

Pusat Engineering, Science dan Arts yang telah lama berdiri, bahkan sejak sebelum proklamasi dikumandangkan. Dengan satu konsekuensi sekolah akan berdiri atau out dari ITB karena tidak ada institusi penampung ke 10 dosen tersebut di ITB.

Sesuatu yang sama sekali baru, out of the box. Konsekuensi yang perlu untuk dipikirkan ribuan oleh banyak dosen waktu itu untuk bergabung, membangun bersama sesuatu yang masih samar di depan mata.

Namun tidak bagi ke-8 dosen itu karena mereka melihat konsep matang, spirit, endurance, dan komitmen Kun. "Katakan padaku, aku percaya, dan aku ikut. Sami'na wa'athokna, prinsip fatalistik yang tidak biasa aku lakukan dalam hidup sebetulnya."

Dengan konsep baru pengelolaan yang mandiri, sesuai dengan asal penyusunan sekolah yang mengambil reference dari AS dan UK yakni sekolah, yang mandiri secara finansial dan sumber daya manusia.

Halaman 
Tag berita:
IDEhabitat