Minggu, 6 Oktober 2024

Sebanyak 10.318 Warga Jabar Berangkat ke Taiwan Pilih Jadi ART dan Perawat Lansia Tergiur Gaji Tinggi

Senin, 30 Januari 2023 17:51

ILUSTRASI - Tenaga Kerja Indonesia (TKI). . Foto: IST

IDENESIA.COTaiwan menjadi negara primadona bagi para Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Jabar. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART)  dan perawat lanjut usia (lansia) karena tergiur gaji yang tinggi. 

Berdasarkan catatan Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Jabar, selama tahun 2022, sebanyak 10.318 warga Jabar yang didominasi oleh ibu-ibu berangkat ke Taiwan.

"10.318 orang berangkat ke Taiwan selama tahun 2022," kata Kepala BP3MI Jabar, Kombes Erwin Rachmat di Bandung, Senin (30/1/2023).

Menurut Erwin, tingginya minta warga Jabar bekerja di Taiwan dikarenakan gaji yang mereka terima cukup besar mencapai Rp10 juta per bulan. Selain itu, syarat bekerja di Taiwan pun cukup mudah.

"Rp10 juta untuk jadi asisten rumah tangga, makan dan (kebutuhan) lainnya juga ditanggung," ucap dia.

Tidak hanya itu, lanjut Erwin, para PMI di Taiwan pun jarang mengalami perlakuan tak menyenangkan dari majikannya. Hal itulah yang menjadi daya tarik lain selain upah yang cukup besar.

"Mereka yang berangkat ke Taiwan itu juga resmi," katanya.

Lebih lanjut Erwin mengatakan, berdasarkan data yang diantonginkya, daerah yang paling sering memberangkatkan PMI di Jabar yakni Kabupaten Indramayu.

Selama tahun 2022, sebanyak 6.982 PMI asal Indramayu diberangkatkan ke berbagai negara. Selain Taiwan, negara tujuan utama lainnya yakni Timur Tengah seperti Arab Saudi.

 "Indramayu ranking pertama, kabupaten paling besar menempatkan pekerja migran," imbuh Erwin.

Khusus negara tujuan Arab Saudi, sambung Erwin, para PMI juga tergiur karena berharap dapat sekaligus menunaikan ibadah umrah, bahkan haji secara gratis. Padahal, belum tentu para pekerja migran itu bakal ditempatkan di Arab Saudi.

Meski begitu, Erwin juga mengakui bahwa PMI asal Indramayu paling banyak mendapatkan perlakuan tak menyenangkan dari majikannya. Biasanya, mereka berangkat ke negara tujuan tanpa melalui jalur resmi.

"Mudahnya mengakses media sosial membuat mereka akhirnya terjebak di situ. Mereka terjebak iming-iming gaji tinggi lalu prosesnya cepat," tandas Erwin.

(Redaksi)

Tag berita:
IDEhabitat