Minggu, 6 Oktober 2024

Sosok Sulthanah Nahrasiyah Wanita Pemimpin Samudera Pasai

Rabu, 22 Februari 2023 17:49

MAKAM - Guru besar Rijksuniversiteit Lainden,Snouck Hourgronje. mengungkapakan dalam buku Arabie en Oost-Indie, yang diterbitkan di Leiden pada 1907 silam. Ia mengakui makam Sultanah Nahrasiyah yang terbuat dari pualam itu sebagai makam terindah di Asia Tenggara. / Foto: IST

Muncullah seorang Panglima Laot, pejabat kerajaan yang ditugaskan untuk mengurus perikanan yang menyatakan kesanggupannya untuk mengemban amanah. Berangkatlah ia bersama bala tentara Samudera Pasai untuk berperang melawan Raja Nakur.

Pada peperangan itu, pasukan Raja Nakur berhasil dikalahkan dan menyerah. Bahkan sang raja berjanji tidak akan melakukan permusuhan terhadap Kerajaan Samudera Pasai. Sebagai pemimpin sejati pun, Sultanah Nahrasiyah menepati janjinya dan menikahi Panglima Laot.

Pada tahun 1409, karena sadar akan kewibawaannya, suami Sultanah Nahrasiyah mengantar upeti kepada raja China Ch'engestu yang terdiri dari berbagai hasil bumi dan diterima oleh raja Cina.

Pada tahun 1412, ia kembali ke Samudera Pasai, setibanya di kerajaan putra raja terdahulu yang sudah menginjak dewasa berhasil membunuh ayah tirinya yaitu Panglima Laot.

 Sosok Sultanah Nahrasiyah sendiri wafat pada 17 Dzulhijjah 831 H atau 1428 M. Pada makamnya terukir surat Yasin dengan kaligrafi indah dan ayat kursi yang termaktub dalam surat Al-Baqarah. Selain itu, di nisannya terdapat petikan kitab suci Al-Quran ayat 18 dan 19 Surat Ali Imran.

Namun sayang selama memerintah di Samudera Pasai, tak ada catatan sejarah dan bagaimana sepak terjang pemerintahan Sultanah Nahrasiyah ini. Tetapi bagaimana pun sudah menggoreskan konsep keseteraan gender sejak lahirnya kerajaan Islam pertama di nusantara.

(Redaksi)

Halaman 
Tag berita:
IDEhabitat