Kamis, 12 Desember 2024

Sukanto Tanoto Pengusaha asal Indonesia Beli Hotel Mewah di Shanghai

Senin, 8 Januari 2024 15:7

POTRET - Sukanto Tanoto pembeli hotel mewah di China. / Foto: Istimewa

IDENESIA.CO - Sukanto Tanonto adalah pengusaha sekaligus orang terkaya di Indonesia membeli hotel mewah di Shanghai, China. Hotel mewah yang dibeli Sukanto Tanoto tersebut sebelumnya menjadi bagian dari pengembang properti grup Dalian Wanda.

Mengutip Mingtiandi, hotel mewah yang terletak di bagian Selatan tepi laut Bund yang terkenal di Shanghai diakuisisi  unit Pacific Eagle Real Estate yang berbasis di Singapura, perusahaan investasi properti milik konglomerat Sukanto Tanoto pada Desember 2023.

"Sebagai investor jangka panjang, Pacific Eagle Real Estate mengakuisisi Shanghai Wanda Reign di Bund Hotel untuk optimalkan modal,” ujar juru bicara Pasific Eagle kepada Mingtiandi.

Harga akuisisi meski tidak diungkapkan, berdasarkan sumber, aset tersebut berpindah tangan dengan harga diperkirakan mencapai 1,44 miliar-1,66 miliar RMB. Nilai itu sekitar USD 204 juta-USD 234 juta (sekitar Rp 3,16 triliun-Rp 3,63 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.521).

Lantas siapa Sukanto Tanoto?

 

POTRET - Sukanto Tanoto./ Foto: Istimewa

 

Sukanto Tanoto memiliki nama asli Tan Kang Hoo. Dia lahir di Belawan, Medan pada 25 Desember 1949. Dikutip dari laman tanotofoundation.org, Sukanto Tanoto merupakan  Pendiri dan Chairman RGE, kelompok perusahaan global di bidang manufaktur berbasis sumber daya dengan kantor perusahaan di Singapura, Hongkong, Jakarta, Beijing, dan Nanjing.

Sukanto Tanoto memulai bisnisnya lebih dari 50 tahun yang lalu dengan memasok suku cadang untuk industri perminyakan dan konstruksi. Sebagai pengusaha dan visioner, Sukanto Tanoto mengembangkan bisnis kayu lapis pada tahun 1967.

Menyusul keberhasilan ini, ia merambah industri berbasis sumber daya lain seperti kelapa sawit, kehutanan, pulp dan kertas, dan pembangkit listrik.

Selain Chairman dan CEO PT Raja Garuda Mas International, Sukanto Tanoto dikenal sebagai Komisaris Utama PT Inti Indorayon Utama.

Masa Kecil Sukanto Tanoto Sangat Keras

Pengalaman masa kecil Sukanto Tanoto yang sangat keras ternyata telah memberikan pelajaran yang sungguh luar biasa dan berpengaruh sangat serius kepada keberhasilannya memimpin beberapa perusahaan miliknya.

Kehidupan masa kecil yang diskriminatif terhadap ras yang mengalir di tubuhnya membuatnya bertahan untuk mendapatkan haknya. Perjalanannya sebagai seorang pebisnis pun tidak langsung berada di garis yang paling atas. Ia memulai semuanya dari karir yang rendah. Namun secara dramatis, ia mampu bertahan dan bahkan mengambil keuntungan dari krisis yang terjadi di Indonesia.

Pada tahun 2008, versi majalah Forbes ia memasuki urutan ke 284 sebagai orang terkaya di dunia karena memiliki kekayaan sebesar USD 3.8 triliun. Hal ini sungguh pencapaian yang sangat bagus sekali. Usaha yang telah dan masih akan dijalankan oleh Tanoto sanggup membawanya ke kesuksesan yang lebih tinggi lagi.

Adapun Pacific Eagle merupakan bagian grup Royal Golden Eagle (RGE) milik Sukanto Tanoto. Berdasarkan data Forbes, kekayaan Sukanto Tanoto tercatat USD 3,2 miliar atau sekitar Rp 49,67 triliun pada 7 Januari 2024.

Dengan jumlah kekayaan tersebut membawa Sukanto Tanoto (74) jadi orang terkaya ke-995 di dunia. Sedangkan di Indonesia, posisi Sukanto Tanoto berada di peringkat ke-12.

Kekayaan Sukanto Tanoto berasal dari bisnis yang terdiversifikasi melalui grup RGE. Grup RGE yang didirikan Sukanto Tanoto pada 1973 sebagai produsen panel kayu lapis telah berkembang menjadi menjadi konglomerat multi nasional dengan total aset dan operasi sekitar USD 35 miliar di Indonesia, China, Brasil, Spanyol dan Kanada. Bidang usaha utama grup ini meliput kertas, minyak sawit, serta minyak dan gas.

Dikutip dari Mingtiandi, RGE telah meningkatkan investasinya di China sejak memasuki pasar pada 1990-an dengan China kini menyumbang hampir setengah dari total penjualan grup tersebut. Pada Desember 2023, RGE menawarkan akuisisi produsen tisu China Vianda International senilai USD 3,3 miliar.
 

(Redaksi)

Tag berita:
IDEhabitat