Jumat, 5 Juli 2024

Kabar Nasional Terkini

Terungkap Pejabat Kaltim Suka Selipkan Pantun dalam Pidato, Ada Hubungannya dengan Ras Melayu

Unesco Akui Sebagai Warisan Budaya Indonesia

Senin, 27 Desember 2021 20:29

Ilustrasi pantun. (andre/redaksi idensia.co)

IDENESIA.COTerungkap pejabat Kalimantan Timur suka selipkan pantun dalam pidato mereka.

Ternyata kebiasaan tersebut ada hubungannya dengan ras Melayu.

"Dari pelabuhan menuju dermaga, menumpang kapal hingga bahtera. Mari saling bantu saling menjaga, Kaltim berdaulat, Berau sejahtera"

Itu adalah kutipan pantun yang disampaikan Bupati Berau, Sri Juniarsih kepada Gubernur Kaltim, dan Wakil Gubernur Kaltim dalam lawatan ke Kota Sanggam.

Budaya pantun memang sudah akrab ditelinga orang Indonesia.

Pantun kerap jadi bumbu penyedap tiap para pejabat mengakhiri pidato atau sambutannya di tiap acara.

Pantun menjadi penutup yang manis mencairkan suasana.

Menurut KBBI, pantun adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu). Pantun merupakan senandung atau puisi rakyat yang diberi nada.

Merujuk pada dunia kesusastraan, pantun pertama kali muncul dalam Sejarah Melayu dan hikayat-hikayat popular.

Menelusuri jejak rekam teks tertua, pantun ditemukan pada manuskrip-manuskrip sejarah Melayu.

Manuskrip itu di antaranya Memoirs of Malayan Family (1880), Kisah Pelayaran Abdullah ke Kelantan (1838), Papers on Malay Subject (Wilkinson-Winstedt, 1909), Hikayat Hang Tuah, Sjair Anggun Tjik Tunggal (Djamin-Tasat), dan Tjeritera Si Umbut Muda Sutan Sati).

Nama sastrawan besar melayu, Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda Riau, menjadi yang pertama mencatatjan sastra lisan pantun ke dalam tradisi tulis.

Pantun-pantun itu ditertulis rapi dalam buku berjudul Perhimpunan Pantun-Pantun Melayu, ditulis pada tahun 1877.

Dengan rima yang khas, pantun sering kali dinyatakan dalam ungkapan tradisional seperti teka-teki, petuah, dan pemanis komunikasi.

Pada mulanya pantun merupakan senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan (Fang, 1993 : 195).

Kembali ke era saat ini.

Kaltim dengan mayoritas melayu di dalamnya, menjadikan pantun berada di bagian hati masyarakatnya.

Bahkan para pejabat di Bumi Mulawarman ini menyisipkan pantun di akhir pidatonya. Pantun menjadi menu pemanis menutup pidato, dengan kesan santai dan ramah.

Pemerintah Provinsi Kaltim, bahkan memiliki bagian tersendiri khusus membuat pantun dalam tiap lembar pidato yang akan dibacakan pejabatnya.

Mereka berasal dari latar sastrawan dan penulis.

"Ada harapan dari pemerintah pusat dulu, agar pemerintah daerah membudayakan pantun sebagai khasanah budaya bangsa Indonesia," ungkap Muhammad Syafranuddin, Kepala Biro Adpim Setprov Kaltim.

Budaya pantun tetap dipertahankan, kaitannya sebagai bentuk pelestarian budaya melayu di Indonesia.

"Generasi kita kan saat ini susah membudayakan pantun. Bentuk pelestarian khasanah budaya Indonesia," lanjutnya.

Hal senada juga disampaikan, Hadi Mulyadi, Wakil Gubernur Kaltim.

Adalah hal wajib bagi Hadi, menutup setiap pidato dengan menyenandungkan pantun. Alsannya simpel, ia adalah orang melayu.

"Saya membudayakan pantun karena saya orang melayu. Melayu bepantun," terangnya.

Terlebih pantun telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia untuk Indonesia dan Malaysia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) pada 17 Desember 2020.

"Sudah diakui Unesco sebagai bagian dari budaya Indoensia. Pantun bisa mencairkan suasana, sehingga komunikasi kita bukan komunikasi yang terlalu formal," katanya.

Pada abad ke-17, pantun dianggap bentuk yang sempurna sebagai sastra lisan yang menjadi jati diri masyarakat Melayu.

Adalah tugas kita mempertahankan sastra tutur ini.

Menjadikannya nilai-nilai menjalani hidup sebagai seorang manusia. (Er Riyadi)

Tag berita:
IDEhabitat