Kamis, 19 September 2024

Yahya Sinwar Pemimpin Hamas Dikenal dengan Julukan 'Dead Man Walking'

Rabu, 14 Agustus 2024 22:0

POTRET - Pimpinan Hamas, Yahya Sinwar yang mendapat julukan "Dead Man Walking" dimana dia berada direntuhan puing rumahnya yang di Bom Israel (Istimewa)

IDENESIA.CO - Yahya Sinwar ditunjuk sebagai Pemimpin Hamas setelah Ismail Haniyeh tewas akibat serangan di Teheran pada  (31/7/2024).

Dikutip dari Al-Jazeera, Yahya Sinwar disebut-sebut sebagai arsitek serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Menjadi musuh publik nomor satu di Israel, penunjukan Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik Hamas secara implisit dinilai sebagai pesan perlawanan yang keras.

Sebagai informasi, pada 7 Oktober 2023, pejuang Hamas menyerbu perbatasan selatan Israel dengan Gaza. Dalam serangan tersebut setidaknya 1.139 orang tewas dan sekitar 240 orang ditangkap sebagai tawanan.

Profil Yahya Sinwar

Diringkas dari Britannica, Yahya Sinwar lahir pada 29 Oktober 1962 di Kamp Pengungsi Khan Younis di Jalur Gaza. Kedua orang tuanya diketahui telah mengungsi dari Ashkelon dalam Perang Arab-Israel yang terjadi pada 1948.

Pada awal 1980-an, pria yang dikenal sebagai Abu Ibrahim ini mendaftar di Universitas Islam Gaza. Yahya Sinwar mengambil konsentrasi bahasa Arab yang selanjutnya membantu dirinya dalam menciptakan aura kharismatik saat berpidato.

Dikutip dari The New Arab, terkait urusan pernikahan, Yahya Sinwar diketahui menikah pada 2012 silam dan memiliki tiga orang anak. Di samping itu, pria berusia 61 tahun ini jarang muncul di mata publik.

Sepak Terjang Yahya Sinwar

Semasa Sinwar kuliah, banyak pemuda-pemuda Palestina di Jalur Gaza bergabung dengan organisasi yang mengombinasikan pemikiran Islam dengan nasionalisme Palestina. Bergabungnya Sinwar pada 1982 menyebabkan dia ditangkap meski tidak ada dakwaan formal.

Pada 1985, sebelum Hamas terbentuk, Yahya Sinwar membantu pengorganisasian al-Majd yang berarti kemuliaan dalam bahasa Arab. Nama al-Majd adalah akronim dari Munazzamat al-Jihaad wa al-Da'wah (Organisasi Jihad dan Dakwah).

Organisasi al-Majd ini bertugas mengungkap kaki tangan Israel dari kalangan bangsa Palestina sekaligus mengeksekusinya. Ketika Hamas dibentuk pada 1987, al-Majd dimasukkan dalam bagian kader keamanannya.

Pada 1988, Sinwar ditangkap oleh Israel selama beberapa minggu karena al-Majd diketahui memiliki senjata. Dalam perkembangan selanjutnya, Yahya Sinwar dihukum karena membunuh warga Palestina yang dituduh bekerja untuk Israel. Hukumannya penjara seumur hidup.

Selama menjalani masa hukuman, Sinwar memiliki pengaruh kuat terhadap sesama tahanan. Yahya Sinwar juga menghabiskan waktunya untuk mempelajari musuh-musuhnya di Israel. Dalam prosesnya, ia menjadi fasih berbahasa Ibrani.

Yahya Sinwar baru mendapatkan kebebasannya pada 2011. Bagaimana bisa bebas? Faktanya, pembebasan Sinwar terlaksana dengan sistem pertukaran tahanan tingkat tinggi. Dia ditukar dengan Gilad Shalit, seorang prajurit IDF (Israel Defence Forces) yang diculik pada 2006 oleh Hamas.

Usai beberapa kali gagal membuat kesepakatan, pada Oktober 2011, Mesir dan Jerman berhasil mencapai persetujuan pertukaran ini. Sekembalinya ke Jalur Gaza, tepatnya pada April 2012, Sinwar terpilih sebagai anggota politbiro Hamas.

Berbekal pengalamannya sebagai pemimpin penjara, Sinwar berhasil meraih reputasi di Hamas karena menyatukan faksi-faksinya. Ia juga diketahui menyerukan penangkapan warga Israel yang mendorong Amerika Serikat untuk menambahkan namanya dalam daftar teroris global pada 2015.

Pada 2017, Yahya Sinwar terpilih sebagai ketua Hamas di Jalur Gaza. Selama awal-awal kepemimpinannya, Yahya Sinwar bersikap tenang. Namun, ia tetap menyampaikan pidato berapi-api menyerukan pengusiran Israel.

Mei 2021 menandai kembali memanasnya konflik di area Yerusalem. Dalam peristiwa tersebut, bentrokan antara pengunjuk rasa Palestina dan polisi Israel menyebabkan ratusan orang terluka. Merespons kondisi itu, Hamas mengirim roket yang pada gilirannya memicu pertempuran sengit selama 11 hari.

Dalam perkembangan selanjutnya, Yahya Sinwar menyerukan setiap orang untuk bangkit dan membela Al-Aqsa. Hal ini disampaikannya dalam rapat umum 2022 untuk merayakan ulang tahun berdirinya Hamas.

Perkembangan terkini, setelah terbunuhnya Ismail Haniyeh di Teheran pada 31 Juli 2024, Yahya Sinwar ditunjuk sebagai pengganti untuk menahkodai bidang politik Hamas.

(Redaksi) 

 

 

Tag berita:
IDEhabitat