IDENESIA.CO – Aktivitas vulkanik Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kembali menunjukkan peningkatan signifikan. Pada Rabu (19/11/2025) pukul 04.10 WIB, gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali meletus—menjadikannya erupsi ke-9 hanya dalam sepekan. Lonjakan aktivitas ini memicu kekhawatiran baru di kalangan warga maupun otoritas kebencanaan yang terus memantau kondisi gunung secara intensif, sehingga dibutuhkan Langkah Langkah pencegahan untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang bisa terjadi di lapangan.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui aplikasi MAGMA Indonesia melaporkan bahwa erupsi kali ini memunculkan kolom abu setinggi 500 meter di atas puncak. Asap pekat tampak jelas membumbung ke angkasa, berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal, lalu terbawa angin menuju barat daya.
Aktivitas itu terekam seismograf dengan amplitudo maksimum mencapai 22 milimeter dan durasi 142 detik. Data tersebut menunjukkan bahwa proses erupsi berlangsung cukup kuat dan relatif panjang.
PVMBG juga merinci aktivitas kegempaan harian Semeru yang semakin padat. Dalam 24 jam terakhir, tercatat:
- 156 kali gempa letusan,
- 26 gempa guguran, dan
- 9 gempa hembusan.
Data ini mempertegas kondisi Semeru yang tengah berada dalam fase aktif dan tidak stabil.
Hingga saat ini Semeru masih berada pada tingkat aktivitas Level II (Waspada). Meskipun belum dinaikkan ke level Siaga, PVMBG menegaskan bahwa risiko bencana tetap besar dan masyarakat diminta untuk mematuhi seluruh rekomendasi resmi.
PVMBG meminta agar warga tidak beraktivitas dalam radius 8 km di sektor tenggara, khususnya area yang berhubungan dengan Besuk Kobokan—wilayah yang selama ini menjadi jalur utama aliran awan panas maupun lahar Semeru.
Yang perlu lebih diwaspadai adalah potensi awan panas guguran (APG) dan aliran lahar yang dapat meluas hingga 13 kilometer dari puncak.
“Kami ingin masyarakat benar-benar menjauhi sempadan sungai. Ancaman itu nyata dan bisa terjadi kapan saja tanpa tanda-tanda signifikan,” demikian peringatan PVMBG.
Sempadan sungai menampung aliran material vulkanik, dan perubahan cuaca, khususnya hujan deras, dapat memicu aliran lahar yang sangat cepat, panas, dan mematikan.
Berdasarkan pemantauan nasional, MAGMA Indonesia mencatat Semeru sebagai gunung paling aktif sepanjang 2025. Hingga pertengahan November, Semeru tercatat telah meletus 2.803 kali. Angka ini hampir 40 persen dari total 6.989 erupsi yang terjadi di seluruh gunung api di Indonesia dalam tahun yang sama.
Catatan ini menegaskan bahwa Semeru berada dalam fase aktivitas vulkanik tinggi yang sudah berlangsung berbulan-bulan. Para ahli memandang kecenderungan tersebut sebagai pola aktivitas yang harus terus diawasi, mengingat Semeru termasuk gunung bertipe stratovolcano yang memiliki riwayat erupsi eksplosif dan memakan korban.
Walaupun masyarakat di sekitar lereng Semeru telah terbiasa dengan aktivitas gunung, otoritas mengingatkan agar kewaspadaan tidak menurun. Banyak warga yang masih bekerja di lahan pertanian di sekitar zona bahaya, sehingga mobilitas mereka rawan jika terjadi erupsi mendadak.
PVMBG menegaskan beberapa poin imbauan penting:
- Menghindari area berbahaya dan radius larangan di sektor tenggara dan sepanjang aliran sungai yang berhulu di Semeru.
- Mewaspadai perubahan cuaca, sebab hujan dapat memicu lahar.
- Mematuhi instruksi BPBD dan pos pemantauan gunung api.
- Tidak mendekati sungai, bahkan sekadar untuk mengambil air atau melintas.
Tim pemantau Semeru juga meningkatkan aktivitas monitoring, termasuk pengamatan visual, seismik, hingga penggunaan CCTV termal di beberapa titik. Laporan warga mengenai suara gemuruh, hujan abu, atau guguran batuan juga sangat membantu dalam analisis kondisi harian gunung.
Otoritas kebencanaan daerah mengimbau masyarakat untuk segera menghubungi BPBD atau aparat desa jika merasakan gejala-gejala anomali seperti bau belerang pekat, suara letusan keras, atau getaran kuat ini sebagai upaya bersama apabila terjadi erupsi tidak sampai adanya korban sehingga dibutuhkan Langkah cepat untuk membaca setiap perubahan situsi yang genting. lapangan.
Dengan aktivitas yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, Gunung Semeru kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu gunung api paling aktif dan berbahaya di Indonesia. Kesiapsiagaan menjadi kunci utama agar risiko korban jiwa dapat ditekan. Masyarakat diminta tetap waspada, mengikuti informasi resmi, dan menghindari aktivitas apa pun di zona rawan.
(Redaksi)