Minggu, 6 Oktober 2024

Asal-usul dan Sejarah

Ajaran Santhara, Ujian Spiritualitas Puasa sampai Mati Diduga Tewaskan Keluarga di Kalideres

Minggu, 27 November 2022 21:2

SANTHARA - Ajaran di India yang berusia sekitar 300 tahun dengan cara berpuasa sampai mati untuk mencapai spritualitas tertinggi. / Foto : IST

IDENESIA.CO -  Ritual Santhara merupakan salah satu ujian spritualitas dengan level tertinggi. Kegiatan ini termasuk ritual kuno yang banyak dilakukan oleh penganut sekte Jain. Mereka telah menerapkannya sejak beberapa ratus tahun yang lalu.

Tujuan dilakukannya ajaran ini untuk menghilangkan semua nafsu dan mempersiapkan jalan yang dimurnikan menuju kematian. Namun, menurut Presiden Jain, Yuva Mahasabha Sachin Jain di India, Santhara adalah jalan untuk mencapai Moksha.

Moksha merupakan cara untuk menghargai hidup dan mati. Meski di Indonesia masih dianggap tabu, ritual seperti ini rupanya hanya bisa dilakukan atas izin dari guru spiritual serta keluarga yang bersangkutan.

Santhara juga disebut sebagai simbol penyerahan diri dengan meninggalkan hal-hal duniawi menuju puncak ketenangan. Ajaran ini menurut penganutnya harus dilakukan dengan niat spiritual. Bukan sekadar mengakhiri hidup dengan cepat ataupun dengan kekerasan.

Para penganutnya akan berpuasa sebelum kematian tiba. Kemudian, mereka akan mengurangi porsi makanan dan hanya mengisi tubuh dengan minuman saja. Itu yang mereka konsumsi sampai benar-benar meninggal dunia.

Terkait waktu, normalnya ritual Santhara dilakukan selama 30 sampai 35 hari. Sebab pada dasarnya kematian akan datang secara alami. Sebelum mati kelaparan, mereka nantinya akan mendengarkan sejumlah tulisan suci, melakukan meditasi hingga intropeksi diri.

Ajaran ini menurut Pemerintahan India seperti bunuh diri. Ajaran Santhara sendiri ilegal dan yang melakukannya dikenakan hukuman berdasarkan pasal 306 dan 309 KUHP India

Keputusan itu kemudian ditentang oleh kelompok Jain. Mereka percaya jika Santhara dilakukan dengan kemauan dan tujuan baik. Penganut sekte ini juga meyakini Santhara bukan bunuh diri yang secara umum pelakunya merasa sedih dan depresi

Ajaran Santhara ini duduga dianut oleh keluarga di Kalideres yang meninggal. Keluarga tersebut diduga meninggal karena kelaparan. Walaupun belum pasti penyebab kematian satu keluarga tersebut.

Temuan-temuan penyidik di lapangan masih terus didalami. Hal itu tidak lain guna membantu mengungkap penyebab kematian mereka.

 "Temuan di TKP (Tempat Kejadian Perkara) oleh penyidik nanti dengan bukti-bukti yang ditemukan kan ada tulisan dan sebagainya, petunjuk dalam hal ini nanti, kami akan gelar untuk menentukan penyebabnya itu apa," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Endra Zulpan kepada wartawan, Rabu 16 November 2022. 

Untuk diketahui, polisi mengamankan sejumlah barang bukti baru terkait kasus tewasnya satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat. Kanit Reserse Kriminal Umum Polres Metro Jakarta Barat, AKP Avrilendy mengatakan barang bukti yang disita ialah sejumlah buku.

Ia menegaskan, buku yang disita tidak berkaitan dengan ajaran kepercayaan tertentu.

 "Buku-buku ada (diamankan), tapi tidak ada sekte-sekte. Bukan sekte, hanya buku biasa, kami masih pelajari," ujar Avrilendy saat dihubungi wartawan, Senin, 14 November 2022.  

Terkait penyitaan buku-buku dari kediaman satu keluarga yang tewas mengering di Kalideres, Jakarta Barat tersebut, yang disita adalah buku dari sejumlah ajaran agama. (Redaksi) 

Tag berita:
IDEhabitat