Jumat, 31 Januari 2025

Akademisi Unmul Kritik Rencana Perizinan Tambang yang Libatkan Perguruan Tinggi, Sebut Bertentangan dengan Tropical Studies

Senin, 27 Januari 2025 21:8

Rektorat Universitas Mulawarman (Istimewa)

IDENESIA.CO -  Rencana pemerintah yang mengusulkan perubahan dalam Undang-Undang Mineral dan Pertambangan (Minerba) untuk menyerahkan pengelolaan tambang kepada perguruan tinggi menuai kritik keras dari kalangan akademisi, khususnya dari Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda.

Orin Gusta Andini, akademisi Fakultas Hukum Unmul, menyatakan bahwa jika perguruan tinggi setuju untuk mengambil peran dalam pengelolaan tambang, hal itu akan bertentangan dengan prinsip dasar kampus yang mengusung slogan Tropical Studies. Menurutnya, industri ekstraktif seperti pertambangan batubara tidak hanya membawa kerusakan lingkungan, tetapi juga menimbulkan berbagai konflik sosial dan dampak negatif lainnya.

"Perguruan tinggi seharusnya menjadi tempat yang berpihak pada masyarakat dan lingkungan, bukan malah terlibat dalam sektor yang penuh dengan masalah sosial, kerusakan alam, dan potensi korupsi," ungkap Orin dalam keterangannya, Senin (27/1/2025).

Orin menambahkan bahwa dampak negatif dari industri pertambangan jauh lebih besar dibandingkan manfaat yang bisa diperoleh. Ia menyoroti gagasan bahwa pengelolaan tambang oleh perguruan tinggi bisa menjadi sumber dana untuk riset dan pengembangan, yang ia anggap tidak realistis. "Ini bukan opsi yang bisa dipertimbangkan, karena dampak yang ditimbulkan jauh lebih besar," tegasnya.

Ia juga mengingatkan, Universitas Mulawarman sendiri pernah merasakan dampak buruk dari aktivitas pertambangan, meskipun sebagian besar dari aktivitas tersebut ilegal. Pada 2021, sebuah laporan oleh koalisi dosen Unmul mengungkapkan bahwa kegiatan tambang ilegal di sekitar kampus merusak fasilitas laboratorium Fakultas Pertanian.

“Meski itu kegiatan ilegal, pada dasarnya tambang, baik yang legal maupun ilegal, tetap menimbulkan kerusakan yang sama terhadap lingkungan,” tuturnya.

Bagi Orin, sebagai perguruan tinggi yang berada di Kalimantan Timur, yang dikenal dengan berbagai dampak langsung dari industri pertambangan, tidak ada alasan bagi Unmul untuk terlibat dalam pengelolaan tambang. Ia menambahkan bahwa hal ini juga bertentangan dengan orientasi pendidikan Unmul yang mengedepankan Tropical Studies, yang berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan yang mendukung keberlanjutan dan pelestarian lingkungan.

Pola Ilmiah Pokok (PIP) Tropical Studies, yang telah dijadikan landasan dalam pengembangan tri darma perguruan tinggi di Unmul, menurut Orin, sangat berbeda dengan misi yang diusung oleh industri pertambangan.

"Untuk pengembangan tri darma—pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat—semuanya berlandaskan Tropical Studies. Jika Unmul terlibat dalam pengelolaan tambang, itu akan menjadi kontradiksi yang besar," pungkasnya.

Sebagai penutup, Orin menegaskan bahwa sudah saatnya perguruan tinggi menunjukkan komitmennya untuk menjaga keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan, bukan terlibat dalam sektor yang justru berpotensi merusaknya.

(tim redaksi)

Tag berita:
IDEhabitat