Jumat, 22 November 2024

Asal-usul dan Sejarah

Amina Wadud, Lady Imam Yang Menghabiskan Masa Tuanya di Indonesia

Sabtu, 3 Desember 2022 16:58

IMAM - Amina Wadud Yang Menjadi Imam Wanita dan Laki-Laki Saat menjalankan ibadah Salat. / Foto: Reuters

"Yang paling membuat saya khawatir akan tafsir 'tradisional' adalah tafsir tersebut secara eksklusif ditulis oleh para pria. Itu berarti pria dan pengalaman pria dilibatkan [di dalam tafsir], dan wanita serta pengalaman wanita bisa jadi tidak diikutsertakan, atau diintrepertasikan lewat visi, perspektif, dan kehendak pria." Kutipan Amina di bukunya tersebut.

DIketahui saat ini amina menetap di Indonesia tepatnya di Yogyakarta. Walaupun,  telah pensiun 16 tahun lalu, amina kini mengajar sebagai profesor tamu di beberapa universitas di Indonesia, termasuk Universitas Gajah Mada dan Universitas Islam Negeri-UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

"Saya cinta Indonesia, ini negara favorit saya," kata amina.

"Saya merasa lekat secara emosional terkait perkembangan saya sebagai seorang wanita Muslim selama saya tinggal di Asia Tenggara. Lucunya, ketika saya melakukan tes DNA, saya pikir mungkin saya punya darah Asia. [Ternyata] tidak sama sekali!" tutur amina.

Pemikiran Aminda Wadud 

Latar belakang dari pemikiran Amina Wadud mengeluarkan metode tafsir berawal dari asumsinya bahwa menurutnya tidak adanya metode dan kategori tafsir yang benar-benar objektif dalam melakukan penafsiran terhadap al-Qur’an. Pada dasarnya pemikiran Amina Wadud dalam menafsirkan al-Qur’an banyak dipengaruhi oleh pemikiran “Neo-Modernisme” Fazlur Rahman, terutama dengan corak penafsiran al-Qur’an yang digunakan oleh Amina Wadud (metode penafsiran holistic) yang menekankan telaah aspek normative dari ajaran al-Qur’an.

Mengenai metode tafsir holistik baik Amina Wadud maupun Fazlur Rahman (salah satu pengguna metode penafsiran holistic) tidak memberikan definisi secara eksplisit, namun secara umum ini merupakan metode hermeneutika dalam menafsirkan al-Qur’an.

Dengan cara ini Amina Wadud menitik beratkan pemahaman pada susunan bahasa al-Qur’an yang bermakna ganda. Tujuan dari metode ini adalah untuk menggambarkan maksud teks disertai “prior teks” (persepsi, keadaan, latar belakang) orang yang menginterpretasikan al-Qur’an.

Amina Wadud menggunakan prinsip umum al-Qur’an dalam rangka mengkontekstualisasikan al-Qur’an dengan problem yang dihadapi (contoh problem gender) dengan cara memahami al-Qur’an dengan satu kesatuan. Urgensi memahami al-Qur’an dengan satu kesatuan, dikarenakan al-Qur’an bukanlah kumpulan tulisan memiliki hubungan antar bab dan sub bab yang jelas. Sebaliknya al-Qur’an diwahyukan dengan tuntunan situasi dan kondisi yang dihadapinya.

Ia berharap dengan metode holistic akan diperoleh interpretasi al-Qur’an yang mempunyai makna dan kandungan selaras dengan konteks kehidupan modern. Amina Wadud menandaskan bahwa kandungan dan prinsip umum yang menjadi dasar al-Qur’an tetap bersifat abadi, karena prinsip tersebut tidak terbatas pada situasi historis saat al-Quran diwahyukan.

Asal Usul Manusia dan Kesetaraan Gender

Halaman 
Tag berita:
IDEhabitat