Jumat, 5 Juli 2024

Anita Wahid Bacakan Pembukaan Maklumat Canberra, Singgung Presiden Jokowi Dinilai tidak Jalankan Etika Politik Jelang Pemilu 2024

Kamis, 8 Februari 2024 23:34

KOLASE - Anita Wahid (Kiri) dan sejumlah mahasiswa berkebangsaan Indonesia yang sedang melaksanakan kuliah di luar negeri di Australia,/ Foto: Istimewa

Kondisi tersebut dikhawatirkan menjelma menjadi wujud kegagalan dan pengalaman kolektif yang buruk dalam berdemokrasi bagi segenap warga negara Indonesia di tahun 2024 ini. Sekelompok mahasiswa itu mengkhawatirkan pemilu kali ini hanya terjebak dalam melanjutkan status quo belaka.

 
“Padahal, Indonesia yang terdiri dari berbagai lapisan, kelas sosial serta kelompok minoritas telah melewati banyak peristiwa yang menjadikan kita semua berbagi sejarah sebagai satu bangsa. Pemilu adalah salah satu ajang di mana semua pengalaman tersebut terakumulasi menjadi satu dan para kandidat berkontes siapa yang mampu mendapat amanah dari kita sebagai pemilih,” tulis maklumat tersebut.

Secara spesifik, sekelompok mahasiswa ini melayangkan kritik keras terhadap presiden Joko Widodo. Menurut mereka, pengalaman sebagai bangsa dan sebagai pemilih tidak dihargai dan diinjak-injak oleh keberpihakan Jokowi, serta sejumlah pejabat serta aparatur sipil negara, kepada paslon tertentu.

Forum mahasiswa ini juga menyoroti tingkah Jokowi dalam mengutip Pasal 299 Ayat (1) Undang-Undang Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2017 yang mengatur diperbolehkannya presiden berkampanye. Menurut mereka, pasal tersebut rentan disalahartikan. “Hal ini menunjukkan betapa mudahnya undang-undang dipelintir untuk kepentingan elektoral sepihak oleh pemimpin negara tanpa mempertimbangkan etika,” kata maklumat tersebut.

Meski sedang berkelana di negeri orang, sekelompok mahasiswa ini justru merasa lebih dekat dengan tanah kelahirannya. Langkah yang mereka ambil hari ini terinspirasi oleh munculnya desakan para guru-guru besar dan civitas akademika di dalam negeri belakangan ini.

“Kami sebagai mahasiswa memiliki ruang kebebasan berekspresi dan berserikat dalam kerangka akademik yang mendorong kami untuk berada dalam garis yang sama dengan mereka yang memberi peringatan pada penyelenggara negara untuk kembali menjadi teladan, mendesak dengan mengembalikan pemilu sebagai pesta rakyat demi perubahan yang lebih baik, bukan kendaraan keberlanjutan garis keturunan sebagai penguasa,” tulis maklumat itu.

Halaman 
Tag berita:
IDEhabitat